Dunia Nabi ~ Pada suatu hari, Nabi Musa As, berkhotbah di hadapan kaum Bani Israil. Salah seorang di antara mereka bertanya. “Wahai Nabi Musa, siapakah orang yang paling pandai sekarang ini ?” “Aku” jawab Nabi Musa.
Allah Yang Maha Mendengar, menegur Nabi Musa yang khilaf ketika menjawab pertanyaan salah seorang kaum Bani Israil. Dikatakan bahwa ada yang lebih pandai dari pada Nabi Musa. Ia berada di pertemuan dua buah lautan. Kemudian, Nabi Musa mencari orang yang di maksudkan oleh Allah SWT.
Sesampainya di tempat yang dituju, Nabi Musa menghampiri Nabi Khidir As dan berkata. “Wahai orang bijak, bolehkah aku mengikutimu agar kamu mengajarku sesuatu yang belum aku miliki?”
“Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup bersabar ketika belajar bersamaku,” ujar Nabi Khidir.
Nabi Musa mencoba membujuk kembali Nabi Khidir. “Insya Allah, aku akan berusaha menjadi orang yang sabar sebagaimana kamu inginkan. Aku berjanji.”
Sambil melemparkan senyum Khidir berkata. “Kau telah berjanji maka janganlah kau bertanya kepadaku sebelum aku menerangkan duduk perkaranya.”
Setelah Nabi Musa, mendapatkan izin untuk ikut, mereka mulai berjalan menyusuri pantai untuk menumpang parahu layar milik seorang nelayan. Ketika sampai tujuan, Nabi Khidir mengusir nelayan itu dan menenggelamkan perahu layarnya.
Tentu saja Nabi Musa kaget, “Wahai sahabat, mengapa kau rusak perahu nelayan ini. Sesungguhnya kau telah melakukan perbuatan tercela.”
Mendengar perkataan Nabi Musa, Nabi Khidir berkata. “Bukankah kau telah berjanji untuk tidak bertanya, dan kau harus bersabar. “Nabi Musa pun meminta maaf,” Maafkanlah aku yang tidak sabar,” ujarnya.
Keduanya mulai melanjutkan perjalanan kembali. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang anak kecil, tiba-tiba, tanpa basa-basi Nabi Khidir membunuh anak itu. Kembali Nabi Musa marah kepada Nabi Khidir. “Wahai sahabat, kau telah melakukan dosa yang teramat besar, mengapa kamu membunuh anak yang tidak berdosa ini?
Lantas saja Nabi Khidir berkata dengan suara keras. “Bukankah kau telah berjanji untuk bersabar janganlah kamu mengikutiku kalau kau menyusahkanku dan tidak sabar.
Mendengar kata-kata Nabi Khidir, Nabi Musa kembali meminta maaf. “Janganlah kamu memperbolehkan aku untuk mengikuti perjalanan ini apabila aku melanggar janji kembali.”
Karena minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi yang ketiga kalinya. Nabi Khidir akhirnya memperbolehkan Nabi Musa untuk ikut kembali dengannya.
Baca juga :
- Kisah Lengkap Nabi Musa Dan Nabi Khidir
- Kisah Kelahiran Nabi Musa Dan Kekejaman Firaun
- Kisah Nabi Musa Dalam Istana Firaun
- Kisah Nabi Musa Diangkat Sebagai Rasul
- Kisah Nabi Musa Melawan Ahli Sihir
Ketika berjalan cukup jauh, sampailah mereka di sebuah perkampungan yang sebagian besar penghuninya sangat kikir. Dalam lapar dan dahaga tidak seorang penduduk pun yang memberi mereka makan dan minum, mereka berdua akhirnya berhenti di ujung jalan.
Di sana terlihat sebuah rumah gubuk yang hampir roboh, Nabi Khidir mengajak Nabi Musa untuk memperbaiki gubuk itu sampai berdiri kokoh.
Ketika tengah membangun gubuk tersebut, tiba-tiba saja Nabi Musa bertanya kepada Nabi Khidir. “Wahai sahabat mengapa kita memperbaiki gubuk ini, padahal semua penduduknya kikir? Semestinya kamu mengambil upah untuk itu.”
Sambil menatap Nabi Musa, Nabi Khidir berkata. Inilah perpisahan kita. Sebelumnya aku akan menerangkan atas perbuatan-perbuatanku yang membuat kamu tidak sabar. Perahu layar yang aku rusak itu agar tidak dimiliki oleh seorang raja bengis dan tamak. Lalu, jika aku biarkan anak kecil itu hidup, jika ia sudah dewasa nanti, ia akan merusak keimanan kedua orang tuanya menjadi orang-orang yang sesat.
Adapun aku menekkan kembali rumah gubuk yang berada di kampung kikir ini, agar pemiliknya, yaitu dua orang anak yatim, kelak bisa menikmati harta yang terendam di dalam rumah ini.
Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa berkata, “Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui, maka mulai hari ini aku harus lebih bersabar lagi.”
Hikmah Cerita :
Bertindaklah dengan penuh kesabaran, karena sifat sabar itu adalah akhlak yang utama. Kita harus menghindari sifat-sifat pemarah dan sembrono yang hanya mendatangkan hasil kurang menguntungkan. Apalagi kita sedang belajar dan menuntut ilmu, maka kesabaran itu sangat berharga dan sangat dibutuhkan.
Oleh Nisfulail Sofi Febrina, S.Ag
loading...
0 Response to "Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir"
Post a Comment