Dunia Nabi ~ Pada suatu ketika, Allah memberi tahu bahwa ada orang yang lebih pintar dari pada Musa. Oleh karena itu, Nabi Musa ingin menemuninya. Allah memberikan petunjuk, “Engkau dapat menemuinya di tempat pertemuan dua laut. Bawalah seekor ikan besar. Jika ikan itu menghilang, di tempat itulah kamu akan menjumpai orang itu.”
Setelah itu, Nabi Musa dan seorang muridnya, Yusya bin Nun, memulai perjalanan. Mereka membawa seekor ikan besar. Nabi Musa berkata, “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai di pertemuan dua laut atau aku akan berjalan selama bertahun-tahun.”
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi : 41).
Pada suatu ketika, Nabi Musa beristirahat hingga akhirnya tertidur. Tiba-tiba, Yusya bin Nun melihat ikan besar itu hidup dan melompat ke laut. Ia terheran-heran dan bermaksud membangunkan Nabi Musa. Namun hal itu tidak jadi dilakukan. Ia akan menunggu hingga Nabi Musa terbangun. Setelah itu, setan membuatnya lupa. Akhirnya, mereka melanjutkan perjalanan kembali.
Dalam perjalanan, Nabi Musa meminta Yusya bin Nun menyediakan makanan. Barulah Yusya bin Nun teringat tentang ikan tadi. Ia pun bercerita bahwa ikan hidup kembali dan meloncat ke laut dengan cara yang aneh sekali. Musa berkata, “Itulah (tempat) yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-Kahfi : 64)
Sesampai di sana, Nabi Musa berjumpa dengan lelaki tua yang wajahnya memancarkan keimanan. Ia adalah Nabi Khidir. “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. Al-Kahfi : 65). Yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat itu ialah wahyu dan kenabian, sedangkan yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang gaib.
Setelah menempuh perjalanan yang jauh, Nabi Musa dapat menemui Nabi Khidir. Kemudian, Nabi Musa memperkenalkan diri. Ia ingin belajar kepada Nabi Khidir. Musa berkata kepada Nabi Khidir, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al Kahfi : 66). Dia menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS. Al Kahfi : 67-68). Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun” (QS. Al Kahfi : 69).
Akhirnya, Nabi Khidir mengizinkan Nabi Musa mengikutinya dengan suatu syarat. Dia berkata : “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (QS. Al Kahfi : 70). Apabila tiga kali Nabi Musa gagal menahan diri untuk bertanya, Nabi Musa tidak dapat lagi mengikuti Nabi Khidir.
Mereka naik sebuah perahu. Ketika sampai di daratan, Nabi Khidir melubangi perahu tersebut. Nabi Musa bertanya, “Mengapa engkau melubangi perahu itu? Sungguh engkau telah membuat kesalahan besar.” Nabi Khidir berkata, “Bukankah sudah aku katakana, engkau tidak akan mampu bersabar ketika bersamaku.” Nabi Musa berkata, “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.” (QS. Al Kahfi : 73).
Setelah itu, mereka berjalan lagi. Mereka bertemu dengan seorang anak muda. Nabi Khidir membunuhnya. Nabi Musa terkejut dan bertanya, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melalukan suatu yang mungkar.” Nabi Khidir kembali berkata bahwa Nabi Musa tidak akan mampu bersabar ketika bersamanya. Kemudian, keduanya berjalan kembali.
Pada suatu ketika, mereka sampai di suatu negeri. Mereka meminta kepada penduduk negeri itu agar dijamu. Namun, penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian, keduanya mendapati dinding rumah yang hampir roboh di wilayah itu. Nabi Khidir menegakkan dinding itu. Nabi Musa bertanya lagi. “Mengapa engkau mengurusi rumah yang hampir roboh itu? Bukankah orang-orang disini tidak mau tahu urusanmu?.” “Inilah perpisahan antara aku dengan engkau. Engkau telah bertanya sebanyak tiga kali. Aku akan menjelaskan tujuanku melakukan tiga hal tadi, “kata Nabi Khidir.
Nabi Khidir menjelaskan, “Perahu tadi adalah milik orang miskin. Kelak, ada seorang raja yang akan merampas perahu yang bagus. Dengan merusak perahu itu, raja itu akan melihat kapal yang dikejarnya sudah rusak dan tidak pantas dimiliki.”
Mengenai anak muda yang dibunuhnya, Nabi Khidir memiliki alasan berikut ini. “Anak muda itu adalah anak orang-orang mukmin. Aku khawatir dia akan mendorong kedua orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. Dengan membunuh anak tersebut, aku menghendak agar Tuhan menggantinya dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.”
Mengenai dinding rumah yang roboh, Nabi Khidir menjelaskan, “Dinding rumah tadi adalah milik dua orang anak yatim. Di bawahnya terdapat harta benda sebagai rahmat bagi mereka berdua. Aku melakukan semua itu bukan atas kemauanku sendiri, melainkan berdasarkan wahyu dari Allah. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”
Oleh Sugiasih, S.Si.
loading...
0 Response to "Kisah Lengkap Nabi Musa Dan Nabi Khidir"
Post a Comment