Dunia Nabi ~ Setelah menyelesaikan perjanjiannya dengan Nabi Syu’aib, Nabi Musa berangkat ke negeri Mesir bersama keluarganya. Ia juga membawa pergi sejumlah ternak kambing yang telah diberikan oleh mertuanya. Pada suatu malam yang sangat gelap dan dingin, mereka sampai disuatu lereng gunung. Tempat ini adalah Thur Sinai (gunung Sinai). Nabi Musa berusaha menghidupkan api, Namun api tidak mau menyala. Ia berusaha menyalakan lagi, tetapi api tetap tidak mau menyala.
Tiba-tiba dari jauh, Nabi Musa melihat api. Ia berkata kepada istrinya seperti yang dikisahkan dalam Surat Al- Qashash ayat 29, “Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang telah ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnya api dilereng gunung tersebut. Ia berkata kepada keluarganya. ”Tunggulah (disini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badanmu.”
Kemudian Nabi Musa mendekat kepada api itu yang telah dilihatnya. Tiba-tiba terdengar suara. “Wahai Musa, Sungguh. Aku adalah Allah Tuhan seluruh alam !” Allah memerintahkan Nabi Musa menanggalkan alas kaki karena ia sementara berada di lembah suci Thuwa. Pada saat itu, Allah telah mengangkat Nabi Musa sebagai rasul.
Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa. “Sesungguhnya Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Oleh karena itu, sembahlah Aku. Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya kiamat pasti akan tiba. Manusia akan menerima balasan atas segala perbuatannya.” Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu, “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah. Tuhan semesta Alam.” ( Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 30).
Ketika itu, Nabi Musa membawa tongkat ditangannya. Allah memerintahkan Nabi Musa melemparkan tongkatnya. Setelah tongkat dilempar, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular. Nabi Musa menjadi ketakutan. Ia berlari sekuatnya. “Wahai Musa, janganlah takut. Sesungguhnya engkau termasuk orang yang aman.” Nabi Musa diminta memegang ular itu dan ular pun berubah menjadi tongkat kembali. Kejadian ini dikisahkan di dalam Al-Quran Surat Al-Qashash ayat 31. “Dan lemparkanlah tongkatmu.” Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru). “ Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.”
Allah berfirman, “Masukkan tanganmu ke dalam ketiakmu. Tanganmu akan menjadi putih bercahaya. Apabila kamu ketakutan, dekatkanlah tanganmu kedadamu. Pergilah kamu menghadapi Firaun dan pengikutnya.” Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada) mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhan-Mu (yang akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Nabi Musa diperintahkan untuk menyadarkan Firaun dan pengikutnya yang tidak mempercayai adanya Allah swt. Oleh karena itu, Allah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepada Nabi Musa sebagai bukti adanya kekuasaan Allah.
Kemudian Nabi Musa kembali kepada istrinya dan menceritakan semua kejadian dan peristiwa yang telah dialaminya, istri beliau hanya mendengar dan terdiam dan heran. Akhirnya, mereka meneruskan perjalanannya menuju ke istana kerajaan Firaun.
Nabi Harun Membantu Nabi Musa
Sebelum berangkat menemui Raja Firaun, Nabi Musa memohon kepada Allah agar Nabi Harun dapat menemaninya. Nabi Harun adalah saudara sepupu Nabi Musa yang diberikan kelebihan oleh Allah, kepandaian dalam berbicara dan memiliki ketegasan karena Nabi Harun hidup di lingkungan penduduk Mesir sehingga ia sangat fasih dalam berbicara berbahasa Mesir. Nabi harun dijadikan nabi atas permohonan Nabi Musa kepada Allah swt.
Selain merasa takut kepada raja Firaun, Nabi Musa juga merasa dirinya kurang lancar berbicara untuk menghadapi raja Firaun. Oleh karena itu, Ia memohon agar Allah juga mengurus Nabi Harun yang pandai berbicara. Nabi Musa dan Nabi harun diperintahkan untuk bersikap berani, tegas dan berbicara lemah, lembut kepada raja Firaun. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menghilangkan sifat sombong Firaun.
Sebenarnya, Nabi Musa dan Nabi Harun sangat takut kterhadap kekejaman raja Firaun. Kemudian Allah berfirman kepada mereka agar jangan takut karena Allah senantiasa bersama mereka karena Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Sumber : Kisah Nabi Dan Rasul oleh Sugiasih, S.Si.
loading...
0 Response to "Kisah Nabi Musa Diangkat Sebagai Rasul"
Post a Comment