Tebar Nasi Kotak Gratis Berbuah Manis

Dunia Nabi ~ Dari satu kini berkembang jadi tiga, Sedekah, inovasi dan menjaga mutu, itu kunci sukses.

Salah satu rumah makan hindangan khas daerah yang paling sering dijumpai adalah rumah makan masakan padang. Karena mudah dijumpai tak jarang rumah makan ini kerap menjadi pilihan favorit kala waktu makan tiba. Selain hidangannya yang cepat tersaji, sambal hijau dan taburan bumbu rendangnya seringkali menggugah selera. Harganya pun bervariasi, dari mulai kelas kaki lima hingga restoran mewah.


Namun, dibalik menjamurnya rumah makan Padang justru menjadi tantangan bagi para pengelolanya. Hal ini diakui oleh Dedy Asrizal, pemilik rumah makan Padang Pagaruyung di Palembang Sumatera Selatan. Katanya usaha rumah makan ini promosinya harus memberi makan secara gratis.

“Sebab lidah yang menilai, bukan mata, Kalau hanya  memberi brosur kelihatannya enak, tapi kadang ketika dicoba tidak enak” cetusnya.

Dengan strategi itu, pria kelahiran Palembang 32 tahun silam ini berhasil mengembangkan usaha yang dipegangnya sejak tahun 2010, Usaha yang awalnya hanya dari garasi rumah, kini Dedy telah membuka cabang di jalan utama menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Sumatera Selatan.

Usaha yang dijalani putra pasangan almarhum Askar dan Yulinan ini, mulanya dirintis oleh kakak dan adik kandung Dedy dengan modal hasil patungan. Sayangnya usaha yang dimulai tahun 2008 itu, tutur Dedy penjualannya tak kunjung membaik. Sementara modal semakin menipis. Sampai akhirnya rumah makan itu pun resmi tutup, kata Dedy. 

Melihat kondisi itu, sang ayah menyarankan agar usaha itu diteruskan oleh Dedy. Pertimbangan sang ayah anak ketiga dari lima bersaudara ini punya bakat usaha. Selain itu, karena mertua saya juga pemilik rumah makan Padang Pagi-Sore, aku Dedy pikir sang ayah, Dedy bisa belajar banyak dari keberhasilan sang mertua.

Dedy pun mencoba untuk menuruti nasihat ayahnya. Apalagi ia masih ingat, ayah mertuanya Armaidi, pernah memberikan saran kepada kakak dan adiknya saat mulai usaha. Sayangnya, kata Dedy nasihat itu tak pernah diikuti hingga akhirnya usahanya kandas. Nasihat itu sederhana, membagikan gratis paket nasi setiap hari 10 kotak ke tempat berbeda, ujar Dedy.

Nasihat itu lalu dijalankan oleh Dedy saat pertama kali usaha itu berpindah ke tangannya. Katanya hampir setiap hari ia menebar 10 kotak nasi dan lauknya ke berbagai tempat. Bahkan, hingga hari ini pun Dedy masih melakukannya. Tak jarang, ia sendiri yang mengantarnya. Sambil sedekah bonusnya sekalian promosi masakan, terang Dedy saat ditemui suara Hidayatullah di cabang Pagaruyung yang ketiga.

Tak cukup itu, karena awam soal masakan khas Minang Dedy yang keturunan Minang pun mendalami rahasia memasakan masakan khas Padang lagi-lagi Dedy bersama sang istri, Lisa Amalia, berguru ke rumah makan milik mertuanya di Jakarta.

“Ternyata untuk mendapatkan rasa yang enak, semua bumbu dan bahan harus ditimbang. Pulang ke Palembang saya praktekan semua ilmu yang saya dapat.” papar Dedy.

Namun, saat dedy minta kepada tukang masak rumah makannya untuk mengubah dengan gaya Dedy ternyata ia menolak. Merasa permintaannya tak ditanggapi, Dedy mengajak sang  juru masaknya untuk tanding memasak.

“Dia cara konvensional, sementara saya semua bahan dan bumbu ditimbang.” ulas dedy. Hasilnya sang juru masak mengakui keunggulan masakan Dedy.

Inovasi Dan Menjaga Kualitas

Betul saja, dengan strategi bersedekah 10 paket nasi kotak dan mengubah rasa masakan, perlahan rumah makan Dedy kian ada yang komentar kalau rasanya kini semakin enak. ”Memang kalau sudah lidah yang menilai, tidak akan bohong, Jika pelanggan  merasa enak, pasti akan balik lagi.”

Meski sudah dapat pelanggan banyak Dedy tetap berusaha 70,000,-/Kg, ia tetap bertahan menjaganya. Bahkan yang biasanya hanya ada sambal cabai hijau, saat itu justru Dedy menambahkannya dengan sambal cabai marah. “Ini juga saran dari mertua, dan terbukti bisa membuat pelanggan tetap bertahan.”  Meski  begitu, diakui Dedy dari segi keuntungan agak menurun, namun pelanggan tetap bertahan.

Hal sebaliknya, dialami sang adik Dedy yang juga membuat rumah makan Padang. Ia justru membeli cabai dengan kualitas rendah untuk menekan biaya produksi. Tapi ujar Dedy, kualitas rasanya pun ikut turun. Padahal kalau dihitung dengan beli kualitas cabai rendah hanya menghemat Rp 80.000,-tapi justru malah rugi ratusan ribu dan kepercayaan pelanggan hilang, kata Dedy. Karena itu, ia menyarankan jangan hanya demi mengejar untung akhirnya mengurangi kualitas rasa.

Dedy juga melakukan inovasi masakan. Mulanya ia membuat masakan ayam malbi, yaitu daging ayam yang dimasak dengan rasa manis. Sayang masakan itu kurang diminati, ia lalu dialog dengan sang istri yang ketika tengah menikmati keripik pedas yang mempunyai level pedas bertingkat.

Dari situ muncul ide, keripik ini aja meski pedas diminati banyak orang. Gimana kalau ayam ini kita buat pedas, cetus Dedy saat itu

Akhirnya, masakan tersebut diberinama “Ayam Bumbu Pedas.” Masakan ini cukup jadi favorit di Palembang, terutama di rumah makan Padang Pagaruyung milik Dedy. Bahkan rumah makan Padang Pagi-Sore milik sang mertua pun mengikutinya.

Sedekah

Kalau ditanya kepada Dedy, apa resep usahanya? Dengan cepat ia akan menjawab, “Bismillah, jalan saja dan banyak bersedekah.” Ternyata memang demikian yang Dedy lakukan, baginya yang paling penting adalah fokus.

Dengan cara itulah, Dedy yang memulai usaha hanya dengan omset Rp. 250.000,- kini telah menembus Rp. 18.000.000,- perhari dari tiga cabangnya. Pernah juga saya merasakan omset hingga Rp. 40.000.000,-/hari saat sang ayah tengah menjalani pengobatan di China , ujar Dedy yang merasa pencapaian itu juga berkat doa kedua orangtuanya.

Sebagai rasa syukur atas pencapaian itu, Dedy tak putus asa untuk menyalurkan sedekah. Salah satunya menyiapkan hidangan berbuka puasa setiap hari Kamis bagi santri di Pesantren Hidayatullah Palembang. Selain itu, Dedy juga mengajak teman-temannya untuk membuat yayasan sosial; “Gerakan Seribu Sehari.” “Alhamdulillah, hasil dana yang terhimpun dapat membantu saudara-saudara yang membutuhkan biaya  pengobatan di rumah sakit, juga rumah tahfizh di Palembang pungkas Dedy yang juga pernah berjualan bumbu dapur di Pasar Lemabang Palembang.

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup

loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Tebar Nasi Kotak Gratis Berbuah Manis Silahkan baca artikel Dunia Nabi Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Tebar Nasi Kotak Gratis Berbuah Manis Sebagai sumbernya

0 Response to "Tebar Nasi Kotak Gratis Berbuah Manis"

Post a Comment

Kisah Nabi Lainnya