Dunia Nabi ~ Setelah peristiwa turunnya wahyu yang pertama, Nabi Muhammad tidak langsung menerima wahyu-wahyu selanjutnya. Setelah beberapa lama, Nabi Muhammad baru menerima wahyu yang kedua.
Ketika Nabi Muhammad berjalan-jalan, tiba-tiba ia mendengar suara dari langit. Nabi Muhammad melihat keatas, ia pun sangat terkejut.
Kemudian ia pulang dan meminta Khadijah menyelimutinya. Setelah itu, turunlah wahyu Surat Al-Muddattsir ayat 1-7. “Hai orang yang berkemul (berselimut) bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhan-Mu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhan-Mu, bersabarlah”
Khadijah memandang Nabi Muhammad saw, dengan rasa kasih sayang yang lebih besar. Ia mendekati suaminya perlahan-lahan seraya memintanya supaya Nabi Muhammad saw kembali tidur dan beristirahat.
Nabi Muhammad saw, menjawab. “Waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah.”
“Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Allah. Akan tetapi, siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan seruanku ini?”.
Khadijah berusaha menenteramkan hatinya. Cepat-cepat ia menceritakan apa yang didengarnya dari Waraqah tadi. Dengan penuh gairah dan bersemangat sekali, kemudian ia mengatakan dirinya beriman atas ke-Nabiannya itu. Sudah sewajarnya apabila Khadijah cepat-cepat percaya kepadanya. Ia sudah sangat mengenal suaminya. Selama hidupnya Nabi Muhammad selalu jujur, berjiwa besar, dan selalu berbuat kebaikan dengan penuh rasa kasih sayang. Selama dalam tahannuth (penyendirian), dilihatnya betapa besar kecenderungannya kepada kebenaran, dan hanya kebenaran semata-mata. Ia mencari kebenaran itu dengan persiapan jiwa, kalbu,dan pikiran yang sudah begitu tinggi membubung melampaui jangkauan yang akan dapat dibayangkan oleh manusia.
Manusia yang menyembah patung dan membawakan kurban-kurban kesana menganggap bahwa hal itu adalah tuhan yang dapat mendatangkan bencana dan keuntungan. Mereka membayangkan bahwa berhala itu pantas disembah dan diagungkan. Perempuan itu sudah melihatnya betapa benar ia pada tahun-tahun masa tahannuth itu
Pada suatu ketika Nabi Muhammad melihat malaikat itu datang. Nabi Muhammad saw, didudukkan oleh Khadijah dipaha kirinya, kemudian di paha kanan dan di pangkuannya. Malaikat itu pun masih juga dilihatnya. Khadijah menghalau dan mencampakkan tutup mukanya. Pada saat itu tiba-tiba nabi Muhammad tidak lagi melihatnya. Khadijah tidak ragu lagi bahwa itu adalah malaikat, bukan setan.
Beberapa hari kemudian, Nabi Muhammad pergi hendak mengelilingi Ka’bah. Di tempat itu Waraqah bin Naufal menjumpainya. Sesudah Nabi Muhammad menceritakan keadaannya, Waraqah berkata. “Demi Dia Yang memegang hidup Waraqah. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah engkau akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir, dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela orang yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula.”
Kemudian, Waraqah mendekatkan kepalanya dan mencium ubun-ubun Nabi Muhammad. Nabi Muhammad saw pun segera merasakan adanya kejujuran dalam kata-kata Waraqah itu. Nabi Muhammad merasakan pula betapa beratnya beban yang harus ditanggungnya.
Setelah itu, Nabi Muhammad saw, menerima wahyu berturut-turut, Nabi Muhammad pun memulai dakwanya.
“Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf ayat 111).
0 Response to "Wahyu Yang Kedua Nabi Muhammad"
Post a Comment