Gejolak Jiwa Nabi Muhammad

Dunia Nabi ~ Sekarang ia memikirkan cara mengajak kaum Quraisy supaya turut beriman, Nabi Muhammad saw mengetahui dengan pasti bahwa mereka sangat kuat mempertahankan keyakinan mereka yang salah itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk tujuan tersebut. Selain itu mereka masih sekeluarga dan sanak famili yang dekat.


Sungguh pun demikian mereka dalam kesesatan, Nabi Muhammad saw ingin mengajak mereka agar jiwa dan hati nurani mereka dapat  lebih tinggi sehingga dapat berhubungan dengan Allah Yang telah menciptakan mereka dan menciptakan nenek moyang mereka. Ia mengajak mereka supaya mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan yang baik, dengan memberikan kepada orang berdekatan dengan hak-hak mereka, begitu juga kepada orang yang dalam perjalanan.

Nabi Muhammad saw ingin mereka menjauhkan diri dari menyembah batu-batu yang mereka buat menjadi berhala yang menurut dugaan mereka akan mengampuni segala dosa mereka dari perbuatan maksiat yang mereka lakukan, melakukan riba, dan memakan harta anak yatim.

Penyembahan mereka yang demikian itu membuat jiwa dan hati mereka lebih keras dan lebih membantu daripada patung-patung.

Baca juga: Wahyu Yang Kedua Nabi Muhammad

Ia memperingatkan mereka agar mereka mau melihat ciptaan Tuhan yang ada di langit dan di bumi, sehingga semua itu  menjadi perumpamaan dalam jiwa mereka serta kemudian menyadari betapa dahsyat dan agungnya semua itu. Dengan kesadaran demikian, mereka akan memahami kebesaran aturan Ilahi yang berlaku di langit dan di bumi.

Kemudian, dengan ibadahnya itu mereka akan memahami pula kebesaran Al-Khalik Pencipta alam semesta ini. Yang Tunggal, tiada bersekutu. Dengan demikian mereka akan lebih tinggi, akan lebih luhur.

Mereka akan diisi oleh rasa kasih sayang terhadap mereka yang belum mendapat petunjuk Tuhan, dan akan berusaha ke arah itu. Mereka akan berlaku baik terhadap semua anak yatim piatu, terhadap semua orang yang malang dan lemah. Ya kearah itulah Tuhan memerintahkannya supaya mengajak mereka.

Namun demikian, detak jantung yang sudah begitu keras, jiwa yang sudah begitu kaku, sudah menjadi kering dalam menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh nenek moyang dahulu. Di tempat itu mereka berdagang dan membuat kota Mekkah menjadi pusat kunjangan penyembah berhala Akan mereka tinggalkankah agama nenek moyang mereka dan mereka lepaskan kedudukkan kota mereka yang berarti suatu bahaya apabila sudah tidak ada lagi orang yang akan menyembah berhala?

Lalu bagaimana pula akan membersihkan jiwa serupa itu dan melepaskan diri dari noda hawa nafsu. Hawa nafsu yang akan menjerumuskan mereka sampai kepada nafsu kebinatangannya. Padahal dia sudah memperingatkan manusia supaya mengatasi nafsunya, menempatkan diri di atas berhala-berhala itu ? Kalau mereka sudh tidak mau percaya kepadanya, apalagi yang harus ia lakukan?

Itulah yang menjadi masalah besar itu, ia sedang menantikan bimbingan wahyu dalam menghadapi masalahnya itu, ia menantikan adanya penyuluh yang akan menerangi jalannya. Akan tetapi, wahyu itu sekarang terputus! Jibril pun tidak datang lagi kepadanya.Tempat di sekitarnya menjadi sunyi, bisu. Ia merasa terasing dari orang dan dari dirinya. Kembali ia merasa dalam ketakutan seperti sebelum turunnya wahyu. Ada kisah yang mengatakan bahwa Khadijah pernah mengatakan kepadanya. “Mungkin Tuhan tidak menyukai engkau.”

Nabi Muhammad saw, masih dalam ketakutan. Perasaan ini juga yang mendorongnya lagi pergi ke bukit-bukit dn menyendiri lagi dalam gua Hira. Ia ingin membumbung tinggi dengan seluruh jiwanya, menghadapkan diri  kepada Tuhan, ia bertanya. “Mengapa aku ditinggalkan sesudah dipilih-Nya?” Khadijah pun merasa sangat cemas melihat hal tersebut.

Sementara ia sedang dalam kekhawatiran demikian itu, sesudah sekian lama terhenti, tiba-tiba datang wahyu membawa firman Tuhan. “Demi pagi cerah yang gemilang dan Demi malam bila senyap kelam. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau, juga tidak merasa benci. Dan sungguh hari kemudian itu lebih baik buat engkau dari pada yang sekarang. Dan akan segera ada pemberian dari Tuhan  kepadamu.

Maka engkau pun akan bersenang hati, bukan kah Tuhan mendapati engkau seorang piatu, lalu diberi-Nya engkau petunjuk? Oleh karena itu, terhadap anak piatu, jangan engkau bersikap bengis. Dan terhadap orang yang meminta, jangan engkau tolak, dan terhadap karunia Tuhan-Mu, hendaklah kau sebarkan.” (QS. Adh-Dhuha ayat 1-11).

Maha mulia Allah, betapa damainya itu dalam jiwa. Betapa gembira dalam hati! Rasa dan takut dalam diri Nabi Muhammad saw telah hilang.

Terbayang senyum di wajahnya, bibirnya selalu mengucapkan kata-kata syukur, kata-kata yang suci dan penuh khidmat. Khadijah tidak lagi merasa takut bahwa Tuhan sudah tidak menyukai Nabi Muhammad. Bahkan Tuhan telah melindungi mereka berdua dengan rahmat-Nya. 

Segala rasa takut dan keraguan hilang sama sekali dari hatinya. Yang ada sekarang ialah hidup dengan tegar dan mengajak manusia tunduk kepada Allah semata. Segala yang ada di langit dan di bumi hanya bersujud kepada-Nya. Hanya kepada-Nya hati manusia dihadapkan dan seluruh hidup bergantung kepada-Nya. “Sungguh, hari kemudian itu lebih baik untukmu dari pada kehidupan yang sekarang.”

“Kepercayaan kepada Tuhan itu telah ada dalam lubuk jiwa manusia. Akan tetapi, kepercayaan tentang adanya Allah itu belum menjadi jaminan bahwa seseorang tidak akan sesat.” (Prof.DR. Hamka).

Oleh Sugiasih, S.Si.

loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Gejolak Jiwa Nabi Muhammad Silahkan baca artikel Dunia Nabi Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Gejolak Jiwa Nabi Muhammad Sebagai sumbernya

0 Response to "Gejolak Jiwa Nabi Muhammad"

Post a Comment

Kisah Nabi Lainnya