Dunia Nabi ~ Pada suatu hari, Nabi Isa berjalan di depan pemuda yang menyiram kebunnya. Saat itulah, pemuda itu memanggil Nabi Isa. Ia berkata, "Wahai Nabi Isa, berdoalah untukku agar Tuhan memberiku sebesar zarah cintaku kepada-Nya." Nabi Isa menjawab, "Wahai pemuda, engkau tidak akan kuat menanggungnya." "Kalau demikian berikan kepadaku setengah berat zarah," kata pemuda itu.
Karena kuatnya keinginan pemuda itu, Nabi Isa mengabulkan permintaan pemuda tersebut. Setelah itu, Nabi lsa berdoa agar pemuda tersebut mendapatkan cinta seberat zarah kepada Tuhan." Setelah itu, Nabi Isa pergi.
Setelah beberapa waktu, Nabi Isa kembali ke tempat pemuda itu. Namun, ia tidak menemukan pemuda itu. Nabi Isa bertanya kepada orang-orang di tempat itu. Ternyata, pemuda itu telah menjadi gila. Ia tinggal di atas gunung. Setelah itu, Nabi Isa berhasil menemukan pemuda itu di atas sebuah batu besar. Pemuda itu terus-menerus melihat ke arah langit.
Nabi lsa mendekatinya dan memberi salam. Namun, pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa. Nabi Isa mengajaknya bicara, tetapi pemuda itu tetap diam. Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa. Allah menerangkan bahwa pemuda itu tidak akan mampu mendengar suara manusia.
Hal ini terjadi karena dalam hatinya terdapat setengah berat zarah cintanya kepada Allah. Sekalipun tangannya dipotong, ia tidak akan merasakannya. Sungguh, Allah Maha Suci lagi Maha Berkuasa.
Berkaitan dengan cinta, Rasulullah pernah bersabda, "Akan tiba waktunya umatku mencintai lima perkara dan melupakan lima perkara yang lain."
Kelima perkara itu adalah sebagai berikut:
- Mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat.
- Mereka mencintai harta benda, tetapimelupakan hisab (perhitungan).
- Mereka mencintai makhluk, tetapi lupa kepada Pencipta manusia (Al-Khaliq).
- Mereka mencintai dosa, tetapi melupakan tobat.
- Mereka mencintai gedung-gedung mewah, tetapi melupakan alam kubur.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang demikian.
Pesan:
"Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Oleh karena itu, cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas."
Oleh Sugiasih, S.Si
loading...
0 Response to "Cinta Seberat Setengah Zarah"
Post a Comment