Kisah Khabab Bin Arat

Kisah Khabab Bin Arat ~ Pada suatu masa, seorang budak bernama Khabab bin Arat dibeli oleh Ummu Anmar Al-Khuzai'ah di pasar budak di Mekkah. Khabab adalah seorang dari kabilah Tamim. Selain bekerja  di rumah Ummu Anmar, Khabab juga diminta  Ummu Anmar untuk belajar membuat  pedang  pada seorang  tukang besi. Lama-kelamaan, ia menjadi ahli pembuat pedang dengan kualitas yang bagus.


Suatu ketika, Ummu Anmar menyewa tempat untuk Khabab membuat pedang. Keahlian  Khabab  telah dikenal luas oleh penduduk Mekkah. Banyak orang yang  memesan pedang kepada Khabab. Dengan demikian, Ummu Anmar memperoleh banyak keuntungan. Sekalipun hanya seorang budak, ia sering kali memikirkan kondisi penduduk Mekkah yang hidup dalam kesesatan.

Saat Rasulullah saw mulai menyebarkan  ajarannya, Khabab menyambutnya dengan gembira. Ketika bertemu dengan Rasulullah, Khabab menyatakan bahwa dirinya mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul utusan Allah. Di hadapan Ummu Anmar, Khabab tidak menyembunyikan keislamannya. Mengetahui Khabab telah memeluk  agama Islam, Ummu Anmar sangat marah. Ummu Anmar meminta saudaranya, yaitu Siba bin Abdul Uzza untuk memberi pelajaran. Pada waktu yang telah ditentukan, Siba dan beberapa pemuda dari Bani Khuzai'ah mendatangi tempat kerja Khabab. Saat bertemu Khabab, Siba bertanya, "Wahai Khabab, benarkah engkau telah murtad dari agama nenek moyang dan mengikuti  ajaran dari seorang Bani Hasyim (Muhammad)?" Khabab menjawab, "Wahai Siba, aku tidaklah murtad. Aku hanya beriman kepada Allah Yang Maha  Esa. Aku juga  mengakui bahwa   Nabi Muhammad adalah rasul utusan Allah." Perkataan Khabab membuat Siba dan teman­ temannya   marah. Mereka pun memukul Khabab beramai-ramai. Pemukulan itu mengakibatkan Khabab pingsan dengan berlumuran darah.

Peristiwa pemukulan itu telah tersebar di antara  penduduk Mekkah. Banyak orang yang heran dengan keberanian Khabab bahwa dirinya memeluk agama Islam. Para tokoh Quraisy pun menjadi resah. Mereka khawatir pengaruh  ajaran Nabi Muhammad yang semakin  besar. Untuk itu, mereka  bersepakat untuk membendung tersebarnya  ajaran Nabi Muhammad. Salah satu cara adalah menyiksa orang yang memeluk agama Islam. Saat itu, Siba mendapat tugas dari  Ummu  Anmar untuk  menyiksa  Khabab. Siba menyiksa Khabab dengan meminta Khabab  memakai  baju  besi di  tengah padang pasir yang sangat panas. Siba sama sekali tidak memberinya minum sehingga Khabab hampir mati  kehausan.   Saat itulah, Siba bertanya kepada Khabab tentang Nabi Muhammad. Khabab pun menjawab  bahwa  Nabi Muhammad adalah benar-benar seorang rasul Allah.

Ketika ditanyakan tentang  Lata dan Uzza, Khabab menjawab bahwa Lata dan Uzza hanya patung-patung yang tuli dan bisu. Jawaban  itu tentu  saja membuat Siba dan teman-temannya semakin murka. Setelah itu, penyiksaan kepada Khabab semakin   parah. Khabab disiksa dengan menggunakan batu yang telah dibakar. Akibatnya, kulit Khabab terbakar hebat. Siksaan tidak hanya datang dari Siba dan  teman-temannya, tetapi juga dari Ummu Anmar. Suatu ketika,  Ummu Anmar menempelkan besi panas  pada kepala Khabab. Akibatnya, Khabab tidak sadarkan  diri saat itu juga.

Dalam keadaan yang demikian, Khabab pun berdoa kepada Allah agar penyiksaan kepada dirinya berakhir. Ia juga berdoa agar Allah membalas  orang-orang  yang menyiksanya.  Suatu ketika, Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah. Khabab pun berkeinginan untuk ikut berhijrah. Namun,  ia dihalangi  oleh Ummu Anmar.  Saat itulah, Ummu Anmar merasakan  sakit kepala yang sangat menyakitkan. Tidak ada satu pun obat yang mampu  menyembuhkan  penyakitnya. Namun saat kepala Ummu Anmar ditempel dengan besi panas, rasa sakit kepalanya akan berkurang. Hal itu  menyebabkan kulit  kepala Ummu Anmar banyak yang melepuh. Sakitnya pun tiada terkira. Ummu Anmar dan keluarganya menjadi lupa dengan Khabab. Waktu itulah, Khabab lari dari rumah  Ummu Anmar untuk berhijrah ke Madinah.

Pada masa Perang  Badar dan Perang Uhud, Khabab ikut serta berjihad menghancurkan  musuh-musuh Allah. Saat Perang Uhud berlangsung,  ia melihat sendiri Siba bin Abdul Uzza dibunuh oleh Hamzah bin Abdul Muthalib. Ini semua adalah balasan dari Allah atas kekejaman mereka terhadap Khabab bin Arat.

Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah. Khabab mengunjungi Umar, Umar pun diminta duduk di tempat terhormat. Umar begitu menghormati Khabab. Saat itu, Khabab diminta untuk menceritakan   siksaan oleh kaum kafir kepada dirinya. Awalnya, ia tidak mau bercerita. Namun, karena didesak, Khabab mau juga bercerita. Saat Khabab memperlihatkan Iukanya, Umar sangat terkejut. Dari bekas luka itu, Umar dapat membayangkan betapa parahnya siksaan yang diterima Khabab.

Pada masa tuanya, Khabab memiliki harta yang cukup banyak. Ia  senang bersedekah kepada kaum fakir miskin. Seringkali ia menangis bila mengingat teman-temannya yang telah mendahuluinya. Ia khawatir uangnya menjadi balasan amal salehnya selama ini. Pada masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib, Khabab meninggal. Saat itu, Ali berdoa di samping makamnya. Selain mendoakan Khabab, Ali juga  mengingatkan kepada orang-orang  tentang  keridhaan dan ketaatan Khabab dalam memeluk agama  Islam. Hal inilah yang patut kita teladani  dari Khabab bin Arat.
Pesan : "Katakanlah yang benar dan adil, sebab benar dan adil adalah satu." (Hamka)
Oleh Sugiasih, S.Si
 
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Kisah Khabab Bin Arat Silahkan baca artikel Dunia Nabi Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Kisah Khabab Bin Arat Sebagai sumbernya

0 Response to "Kisah Khabab Bin Arat"

Post a Comment

Kisah Nabi Lainnya