Kisah Ikat Tali Busuk Haji Iktal ~ Ibadah haji adalah ritual keagamaan yang sangat sakral. Karena itu, kita harus benar-benar mengisinya dengan sesuatu yang baik. Jangan sekali-kali kita melakukan perbuatan yang salah atau dosa, meski itu nilainya kecil dan sederhana. Misalnya kalau kita mau pinjam sandal sahabat untuk mengambil air wudhu, kita harus minta izin dahulu dan sebagainya.
Kisah berikut ini menggambarkan kepada kita tentang persoalan ringan dan sederhana tersebut. Disebabkan ia mengambil barang yang bukan haknya, ia justru tertimpa keanehan sepanjang perjalanan pulang haji menuju bandara.
Sebut saja namanya Iktal. Lelaki sederhana yang sukses dengan usahanya sebagai seorang wiraswata, dia punya usaha rental komputer dan game online. Tempat usahanya memiliki 5 (lima) cabang semuanya tersebar diberbagai tempat di kawasan Bogor. Sebagian besar usahanya mengambil dikawasan perumahan.
Awalnya usaha Iktal hanya satu. Dalam setahun, usahanya sudah balik modal sehingga di tahun kedua, ia sudah membuka cabang lagi. Ketika cabang usahanya sudah lima itulah, Iktal berhasil mengumpulkan uang sehingga bisa berangkat haji bersama istrinya.
Iktal dan istrinya berangkat haji tahun 2012, setelah menunggu 3 (tiga) tahun sejak pendaftaran, “Terus terang, saya tidak bisa mengira sebelumnya akan bisa pergi haji.” terang Iktal yang kini berusia sekitar 50-an tahun.
Awalnya Iktal membuka usaha sewa komputer dan game online hanyalah iseng belaka, jaga-jaga agar kerjaannya di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, tiba-tiba bangkrut atau ia dipecat. Karena itu, ia pinjam uang ke bank dan kemudian membuka usaha itu. Saat usahanya masih punya satu. Iktal masih bekerja di perusahaan itu. Demikian juga saat ia membuka cabangnya yang kedua. Iktal mulai berani meningalkan kerjaannya saat cabang ketiga dibuka. Sejak itu, ia mulai fokus untuk mempertahankan usahanya dan mengembangkannya lebih besar lagi.
Dari kelima usahanya. Iktal bisa mengumpulkan omset kotor sekitar Rp. 70 juta sebulan. Dikurangi biaya gaji karyawan, sewa tempat, paket internet dan lsitrik serta service dan sebagainya, Iktal berhasil mengumpulkan pemasukkan bersih sekitar 40 juta/bulan. Sebuah omset yang jauh lebih besar dibandingkan pemasukkan dari gajinya sebagai karyawan swasta yang tidak lebih dari Rp. 5 juta/bulan. “Alhamdulillah, saya berhasil keluar dari zona nyaman. Semuanya semata-mata karena Allah swt.”
Diakui oleh Iktal bahwa usaha apapun tidak akan berhasil jika tanpa seizin Allah. Karena itu, selama mengembangkan usahanya itu, Iktal tidak lupa untuk selalu shalat sunnah dhuha di pagi hari dan kadangkala diperkuat dengan tahajudnya di malam hari. “Kalau Dhuha insya Allah saya bisa rutin, tapi kalau tahajud kadang-kadang saja,” cerita Iktal mengenai tips usaha suksesnya.
Apakah Iktal akan terus mengembangkan usahanya menjadi lebih besar lagi? Diakuinya bahwa ia cukup dengan lima cabang dulu sementara itu. Tujuannya agar ia bisa mengontrol semuanya dengan mudah. Sebab, meskipun sudah ada karyawan di tiap-tiap cabangnya, tapi ia tidak memiliki manajer. Semua dilakukannya sendiri mulai dari pengambilan uang hingga ke perbaikan komputer. ”Sengaja saya tidak pakai manajer untuk menghindari penyalahgunaan,” ujarnya berterus terang.
Iktal trauma juga dengan pengalaman beberapa temannya yang uang usahanya banyak dibawa lari oleh karyawan kepercayaan. Karena itu, ia pun sedia payung sebelum hujan. Sebelum hal itu terjadi padanya, maka sebaiknya dihindari dulu. Dengan begitu, usaha Iktal pun mengalami kesuksesan hingga sekarang.
Iktal pun kemudian mengisahkan pengalaman hajinya bersama sang istri. “salah satu usaha sukses saya, mungkin karena saya punya niat suci sejak membuka usaha ini. Yaitu, ingin bisa pergi haji,” cerita Iktal.
Kebanyakan orang berusaha itu untuk bisa membeli mobil, apartemen, rumah dan sebagainya. Kalau Iktal lain, ia berusaha justru agar bisa pergi haji. Karena itu ia belum bisa membeli mobil (meski mampu) sebelum ia benar-benar bisa pergi haji. Setelah pergi haji, barulah ia bisa membeli mobil dengan cara kredit.
Iktal pun mengisahkan pengalamannya saat berada di Tanah Suci. “Saya benar-benar terharu saat pertama kali sampai di Mekkah, apalagi setelah melihat Ka'bah. “Tak terasa air mata ini sulit sekali dibendung” kisah Iktal dengan haru. Iktal pun tak pernah berhenti mengucap syukur kepada Allah, atas pengalamannya yang sangat berharga ini. Semua ritual haji berhasil dilakukan oleh Iktal dan istrinya dengan lancar “Alhamdulillah, saya juga bisa mencium Hajar Aswad,” kisah Iktal lebih lanjut.
Mencium Hajar Aswad memang gampang-gampang susah. Ribuan orang saling berdesakan untuk bisa mencium batu yang dimuliakan Allah itu. Tanpa seizin-Nya, seseorang tidak akan mungkin bisa menciumnya. Dan Iktal termasuk salah satu orang yang diberikan kemudahan untuk bisa menciumnya. “Alhamdulillah, semua ini karena bantuan-Nya.” ujarnya tak pernah lupa pada Allah.
Setelah 40 hari di Mekkah. Iktal dan istrinya pun bersiap-siap untuk pulang ke Tanah Air. Nyaris tidak ada pengalaman aneh selama itu, sebelum kejadian ini benar-benar menimpa padanya. Semua itu berawal dari cenderamata yang ia beli sebagai oleh-oleh untuk orang di kampung. Mengingat barang beliannya cukup banyak, Iktal pun mencari karung. Barang-barang itu pun dimasukkan ke karung itu. Setelah itu ia mencari ikat tali untuk mengikatnya agar tidak berceceran. “Dilalahnya saya penuh keanehan saat itu.
Ketika waktu sudah injury time, dia pun melihat seutas tali ikat di kamar sahabatnya. Mungkin karena terburu-buru dan melihat tali itu tampaknya tidak terpakai, iapun mengambilya begitu saja tanpa permisi. Dan memang tidak ada komplain setelah itu hingga tali ikat itu berhasil mengikat karung yang berisi barang-barang beliannya.
Iktal, istri dan rombongannya pun naik mobil menuju bandara King Abdul Azis. Beberapa saat kemudian, pengalaman aneh itu pun mulai dirasakan oleh seisi penumpang. “Bau menyengat tiba-tiba dirasakan oleh kami semua,” kisah Iktal.
Awalnya, mereka menyangka kalau bau itu berasal dari lingkungan sekitar yang dilewatinya. Namun, herannya bau itu tidak hilang-hilang meski mobil yang ditumpanginya terus melaju. “Kami mulai heran karena bau itu tidak hilang-hilang.” ujarnya.
Akhirnya, mereka pun mulai mengendus bau di sekitar mereka sendiri. Setelah diselidiki ternyata bau itu berasal dari tali ikat yang mengikat karung milik Iktal. Sang supir pun segera menghentikan laju mobilnya. Ia pun menyuruh Iktal untuk melepas ikatan itu dan membuangnya. Setelah itu sang supir mengatakan bahwa tali ikat itu pasti didapatkannya dengan cara yang batil.
Iktal diminta untuk minta maaf pada pemilik tali ikat itu. Mengingat pemilik tali ikat itu duduk di mobil yang lain, karena itu Iktal pun baru bisa meminta maaf sesampainya di Bandara King Abdul Azis. Setelah itu Iktal pun tidak mengalami kejadian aneh lainnya hingga sesampainya di kampung halaman.
Demikian kejadian aneh menimpa seorang jamaah haji. Meski terkesan sederhana, tapi hal itu harus menjadi pelajaran buat para jamaah haji bahwa hendaklah mereka berhati-hati dalam menggunakan hak orang lain selama beribadah haji. Kalau bukan miliknya, hendaklah ia jangan mengambilnya meski itu hanya seutas tali yang tidak seberapa mahal harganya.
Oleh Eep Khunaefi dalam Majalah Hidayah
loading...
0 Response to "Kisah Ikat Tali Busuk Haji Iktal"
Post a Comment