Kisah Aisyah Deyingla Medisa Ngui Menjadi Mualaf ~ Deyingla Medisa Ngui adalah gadis kelahiran tanggal 1 Oktober 1966 di Kota Sunagi Liat, Bangka Belitung. Ia merupakan penganut agama Konghucu, agama turun temurun di keluarganya.
Lia, demikian biasanya ia dipanggil, mengungkapkan bahwa dahulu pekerjaannya adalah seorang pelayan restoran di daerah bangka Beligtung, tanah kelahirannya. Kebanyakkan dari teman-teman kerjanya adalah muslim dan tinggal bersama-sama di mess. Dari pergaulan itu, Lia sedikit tahu tentang kewajiban seorang muslim untuk menunaikan ibadah puasa. Lia heran dan bingung, kenapa teman-temannya yang muslim masih saja menyuguhkan makanan kepada para konsumen. “Kok masih menghidangkan makanan, kamukan sedang berpuasa?” tanyanya.
“Ah, tidak ada pengaruhnya sama sekali kok,” jawab teman-temannya singkat. Kejadian itu membuat dirinya penasaran dan ingin mencoba-coba untuk ikutan berpuasa. Tepatnya tahun 1995, ia mulai melakukan puasa tanpa didahului niat (karena tidak tahu). Puasanya hanya bertahan sampai pukul 08,00 pagi dan paling kuat setengah hari.
Badan ku terasa enteng. Aku merasa lapar tetapi laparnya tidak membuat badanku gemetaran. Hari berikutnya aku coba lagi sampai berjalan satu minggu, meskipun masih tetap bolong-bolong puasanya. Bosku saja pernah terheran-heran, pagi-pagi saat restoran bersiap-siap buka, aku malah menolak untuk mencicipi makanan yang memang tugasku. Waktu itu aku berusaha sekali untuk tetap berpuasa, jelasnya, mengenang.
Selepas dari pengalaman itu, Lia memiliki hobi membaca majalah Islam. Hobi membaca membuatnya mengetahui informasi bahwa di Jakarta ada sebuah Asosiasi Muslim Muhajirin dan Ansor (AMMA) yang membina para mualaf. Akhirnya tahun 1997, Lia memutuskan pergi ke Jakarta dan kemudian tahun 1997 dia pindah ke Karawang dan bekerja di sana. Sekarang Lia bekerja sebagai kasir di bagian pergudangan sebuah perusahaan yang terletak di Tanjung Periok.
Tanpa paksaan dari pihak manapun, tepatnya tanggal 18 Maret 2012 bertempat di Masjid An- Nawir tebet, Lia mengucapkan dua kalimat syahadat. “Hari itu adalah saat yang paling berbahagia bagiku, lepas sudah beban yang menghimpit selama ini. Namaku kini menjadi Aisyah Deyingla Medisa Ngui”, kenangnya sambil tersenyum.
Pada tahun yang sama, Lia menunaikan ibadah puasa sebagai muslim untuk pertama kali. “Aku bahagia banget bisa berpuasa sesuai dengan tuntunan Islam sebagai seorang muslim. Aku sudah bisa membaca niat puasa dan hafal beberapa ayat al-Qur’an yang aku pergunakan untuk shalat. Satu hari sebelum puasa , aku menyiapkan sendiri makanan untuk sahur. Sore harinya aku mandi sekaligus keramas menyambut bulan puasa yang selalu kunantikan. Aku tidak lagi bersedih karena sudah bisa mengikuti shalat tarawih dan melakukan shalat Idul Fitri. Aku sangat berterima kasih atas segala bantuan dari teman-temanku di yayasan AMMA.
Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
loading...
0 Response to "Kisah Aisyah Deyingla Medisa Ngui Menjadi Mualaf"
Post a Comment