Dunia Nabi ~ Abdullah bin Jahsy adalah anak Jahsy bin Raib bin Khuzaimah Al-Asadi dan Aminah binti Abdul Muthalib bin Hasyim. Sementara itu, saudara perempuannya, Zainab binti Jahsy, adalah istri Rasulullah. Dengan demikian, Abdullah bin Jahsy adalah saudara misan dan ipar Rasulullah.
Abdullah bin Jahsy lahir di kota Mekkah di dekat Ka’bah. Saat masih kecil, Abdullah menangis sambil mendatangi ibunya. Ia mengatakan kepada ibunya bahwa orang-orang telah merusak bangunan Ka’bah. Ibunya dengan lemah lembut menjelaskan bahwa orang-orang itu bukanlah hendak merusak bangunan Ka’bah. Mereka memugar bangunan Ka’bah akibat peristiwa banjir.
Ketika itu, Abdullah menyaksikan perselisihan di antara suku-suku di Mekkah. Setelah, Ka’bah selesai diperbaiki, para pemimpin kabilah berebut untuk meletakkan batu Hajar Aswad ditempat asalnya. Semua suku merasa lebih berhak meletakkan Hajar Aswad. di tempat asalnya.
Kemudian, para ketua suku bermusyawarah. Saat itu ada lelaki yang bernama Huzaifah mengusulkan mereka memilih seseorang. Orang itulah yang akan menentukan suku yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Orang itu adalah orang yang pertama kali memasuki Ka’bah pada esok paginya. Usulan Huzaifah disetujui oleh semua suku.
Pada esok paginya, para ketua suku melihat Muhammad berjalan menuju Ka’bah. Mereka menghampiri Muhammad dan bercerita tentang permasalahan mereka. Muhammad berpikir sejenak. Kemudian, dia membentangkan serbannya, Muhammad mengambil batu Hajar Aswad dan meletakkannya di atas serban. Selanjutnya, semua ketua suku diminta memegang tiap-tiap ujung serban. Muhammad meminta mereka mengangkat serban tersebut bersama-sama. Setelah sampai ditempatnya, Muhammad sendiri yang meletakkan Hajar aswad di tempat asalnya. Cara Muhammad tersebut sangat adil. Semua suku memuji kebijaksanaan Muhammad.
Melihat kebijaksanaan Muhammad, Abdullah bin Jahsymenjadi kagum kepada Nabi Muhammad. Caranya tersebut telah menghindarkan pertumpahan darah di antara suku-suku di Mekkah. Abdullah bin Jahsy menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutannya. Sejak itu, Abdullah sering kali mengikuti kegiatan-kegiatan Nabi Muhammad. Ia mengamati segala ucapan dan tingkah laku Nabi Muhammad.
Suatu ketika, Allah telah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan kepada kaum Quraisy. Pada suatu pagi, Rasulullah sudah berdiri diatas Bukit Safa. Ia menyeru kepada kaum Quraisy untuk berkumpul. Tidak lama kemudian, orang-orang Quraisy pun berkumpul. Salah seorang di antaranya adalah Abdullah bin Jahsy. Ketika itu, Rasulullah menyeru mereka untuk hanya menyembah Allah. Ada yang percaya dan ada yang tidak percaya dengan dakwah Rasulullah. Kemudian, orang-orang membubarkan diri. Abdullah bin Jahsy pun kembali ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Abdullah memikirkan perkataan Rasulullah. Ternyata ia meyakini kebenaran ucapan Rasulullah. Setelah itu, ia pergi ke rumah Rasulullah dan mengatakan keyakinannya terhadap ajaran agama Islam. Ia juga mengajak kedua saudara perempuannya untuk memeluk agama Islam. Ternyata keduanya bersedia memeluk agama Islam.
Karena kekejaman kaum Quraisy semakin meningkat, Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk berhijrah ke Habsyah. Raja di negeri itu dikenal sebagai raja yang bijaksana. Rasulullah berharap agar kaum muslim yang berhijrah di sana mendapat kebebasan untuk beribadah. Di antara kaum muslim yang berhijrah ke Habsyah adalah Abdullah bin Jahsy dan saudara-saudaranya. Di sana, Abdullah dan kaum muslim lainnya mendapat perlindungan dari raja negeri Habsyah.
Abdullah bin Jahsy dan Peristiwa Nakhla
Pada bulan Rajab atau sekitar tujuh belas bulan setelah hijrah, Rasulullah memerintahkan beberapa sahabat pergi ke Nakhla. Mereka dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy.
Ketika itu, Rasulullah memberikan surat tertutup kepada Abdullah bin Jahsy dan berpesan, “Pergilah engkau dengan asma Allah. Janganlah engkau membuka surat ini hingga engkau berjalan selama dua hari. Setelah itu, bukalah surat ini dan bacakan kepada kawan-kawanmu. Kemudian, lanjutkan perjalananmu sesuai dengan perintahku. Jangan ada di antara kawan-kawanmu yang ikut serta karena terpaksa.”
Setelah menempuh perjalanan selama dua hari, Abdullah membuka surat tersebut di depan kawan-kawannya. Isi surat itu menyatakan perintah Rasulullah agar Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya untuk melanjutkan perjalanan. Saat sampai di perkebunan kurma, mereka diminta untuk mengintai kegiatan kafilah Quraisy. Kemudian, Abdullah bin Jahsy berkata kepada kawan-kawannya, “Rasulullah juga melarangku untuk memaksa kalian ikut dalam tugas ini.”
Baca juga :
Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu perkebunan kurma. Di sana, mereka melihat kafilah Quraisy yang membawa barang dagangan. Para sahabat bermusyawarah, salah seorang di antara meraka berkata, “Apabila kita membiarkan mereka pergi malam ini, mereka akan memasuki Tanah Haram (Tanah Suci/Mekkah) dan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Namun apabila kita menyerang mereka, kita berada dalam bulan haram, “Ketika itu, mereka berada di bulan Rajab, pada bulan haram, kaum muslim dilarang untuk mengadakan peperangan. Merekapun menjadi ragu-ragu. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyerang kafilah Quraisy. Terjadilah pertempuran di kedua belah pihak.
Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya berhasil memenangkan peperangan itu. Mereka mendapatkan harta rampasan dan menawan dua orang, yaitu Utsman bin Mughirah dan Al-Hakam bin Kisan. Ketika itu, Abdulah bin Jahsy berencana membagi harta rampasan sebesar 20% untuk Rasulullah dan sisanya di bagi antar mereka.
Mereka kembali ke Madinah dan melaporkan peristiwa itu kepada Rasulullah, Rasulullah menolak untuk mengambil bagiannya. Ketika itu, Rasulullah berkata, “Aku tidak memerintahkan kalian untuk mengadakan peperangan di bulan haram. Aku hanya memerintahkan kalian untuk mengadakan pengintaian.” Rasulullah meninggalkan harta rampasan dan dua tawanan begitu saja.
Sementara itu, Abdulah dan para sahabat lain yang terlibat dalam peristiwa Nakhla merasa sangat sedih karena telah bertindak di luar perintah Rasulullah. Kesedihan mereka semakin besar setelah semua sahabat menyesalkan tindakan mereka. Selain itu, kaum Quraisy juga menyebarkan berita yang membuat Abdullah bin Jahsy dan kawan-kawannya semakin terdesak. Kaum Quraisy mengatakan bahwa Muhammad dan sahabatnya menghalalkan pertumpahan darah, perampasan hak milik, dan penawanan orang di bulan haram.”
Kemudian, Allah menurunkan wahyu ayat 217 Surat Al-Baqarah, “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafian, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya,”. Ayat itu menjelaskan bahwa tindakan Abdullah dan kawan-kaewannya tidak salah karena untuk membela agama Allah. Abdullah pun menjadi lega.
Setelah itu, harta rampasan dibagi-bagikan menurut ketentuan Islam. Kedua tawanan dikembalikan ke Mekkah.
Abdullah bin Jahsy Mati Syahid
Abdullah bin Jahsy adalah salah seorang sahabat yang turut menyertai perjuangan Rasulullah di medan perang. Ia berjuang dalam Perang Badar hingga Perang Uhud.
Menjelang Perang Uhud berlangsung, Abdullah bin Jahsy berkata kepada Saad bin Abu Waqqash, “Sebaiknya kita berdoa kepada Allah.” Setelah itu, mereka pergi ke suatu tempat untuk menyendiri. Di tempat itu, Saad berdoa, “Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan musuh yang kuat dan kejam pada esok hari. Hamba akan membunuhnya dan merampas miliknya.” Sementara itu, Abdullah bin Jahsy berdoa, “Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan musuh yang kuat dan kejam pada esok hari. Hamba akan menyerangnya demi Engkau dan dia akan menyerang hamba. Setelah itu, dia akan menangkap hamba dan memotong telinga dan hidung hamba . Bilamana hamba bertemu dengan Engkau nanti, Engkau akan bertanya, “Wahai Abdulah, siapakah yang memotong hidung dan telingamu?” Hamba akan menjawab, “Orang yang memerangi Engkau dan Rasul Engkau.’ Kemudian, Engkau akan menjawab, “Benar.”
Pada sore harinya, Saad bin Abu Waqqash melihat kedua daun telinga dan hidung Abdullah bin Jahsy digantung dengan seutas tali. Ternyata, Allah memperkenankan doa Abdullah bin Jahsy. Ia benar-benar bertemu dengan Allah swt. Abdullah bin Jahsy mati syahid karena berjuang di jalan Allah.
Oleh Sugiasih, S.Si.
loading...
0 Response to "Kisah Abdullah bin Jahsy"
Post a Comment