Dunia Nabi ~ Saat itu, Perang Badar berakhir dengan kemenangan kaum muslim. Kaum kafir Quraisy sangat berduka dengan kekalahan tersebut. Pada suatu ketika, Shafwan bin Umayah dan Umair bin Wahab berbincang-bincang di dekat Ka’bah . Ketika itu, Shafwan mengeluhkan banyaknya orang quraisy yang terbunuh dalam Perang Badar. Umair membenarkan keluhan Shafwan. Umair juga berkata, “Seandainya aku tidak memiliki hutang dan mempunyai harta yang dapat ditinggalkan untuk keluargaku, aku pasti akan mendatangi dan membunuhnya,” Shafwan berkata, “Apakah kamu benar-benar mau melakukannya?”. Umair pun bersumpah bahwa dirinya akan benar-benar membunuh Nabi Muhammad.
Kemudian, Shafwan mengatakan bahwa dirinya bersedia melunasi hutang Umair dan menanggung hidup keluarga Umair. Akhirnya, mereka bersepakat bahwa Umair akan membunuh Rasulullah. Sementara itu, Shafwan melunasi hutang dan menanggung anak dan keluarga Umair di Mekkah.
Kemudian, Umair pergi ke madinah dengan tujuan membunuh Nabi Muhammad. Sebelumnya, Umair telah mengolesi pedangnya dengan racun. Saat sampai di Madinah, Umair pergi ke masjid . Di sana, ia melihat Umar bin Khattab. Umar curiga dengan Umair. Ia pun segera merebut pedang Umair. Setelah itu, Umar menyeretnya masuk ke dalam masjid.
Setelah itu, Rasulullah bertanya tentang maksud kedatangan Umair. Umair mengatakan bahwa dirinya hendak membayar tebusan tawanan Perang Badar. Rasulullah berkata, “Engkau berdusta. Katakan kepadaku yang sebenarnya.” Umair tetap mengatakan bahwa kedatangannya hanyalah untuk menebus tawanan.
Kemudian, Rasulullah menceritakan rencana Umair dan Shafwan di dekat Ka’bah lengkap dengan perkataan keduanya. Umair sangat terkejut mendengar perkataan Rasulullah. Rasulullah mampu menceritakan kesepakatan antara dirinya dan Shafwan secara mendetail, padahal ia sangat yakin tidak ada seorang pun yang mengetahui pembicaraannya dengan Shafwan.
Setelah itu, Umair berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah swt dan engkau adalah Rasul Allah swt. Sebenarnya, tidak ada orang lain yang mengetahui pembicaraanku dengan Shafwan. Namun, Allah telah memberitahukan hal itu kepadamu. Kini, aku telah meyakini kebenaran ajaranmu. Sungguh, aku bersyukur karena Allah telah membimbingku pada kebenaran.”
Selanjutnya, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada Umair. Umair pun berjanji akan mengajak orang-orang Quraisy untuk memeluk agama Islam setelah kembali ke Mekkah.
Sementara itu, Shafwan selalu menanti kedatangan Umair dari Madinah. Ia membayangkan bahwa Umair telah berhasil membunuh Nabi Muhammad. Shafwan sering kali bertanya kepada orang-orang yang baru datang dari Madinah tentang kejadian yang menonjol di sana. Ia mengharapkan peristiwa pembunuhan Nabi Muhammad benar-benar terjadi. Lama ditunggu, Umair tidak muncul-muncul. Suatu ketika, Shafwan bertanya kepada orang yang baru datang dari Madinah tentang Umair. Orang itu mengatakan bahwa Umair telah memeluk agama Islam. Mendengar hal itu, Shafwan sungguh terkejut. Ia pun bersumpah tidak akan berbicara bila bertemu dengan Umair. Ia juga tidak akan melunasi hutang dan menanggung hidup keluarga Umair di Mekkah.
Saat sampai di Mekkah, Umair segera melaksanakan janjinya untuk mengajak orang-orang Quraisy yang memeluk agama Islam. Ia juga mengajak Shafwan untuk memeluk agama Islam. Akan tetapi, Shafwan tidak menanggapi perkataan Umair dan memalingkan wajahnya. Umair terus membujuk Shafwan. Tetap saja Shafwan tidak mau berbicara dengan Umair. Seklipun gagal berdakwah kepada Shafwan, tetapi Umair berhasil mengajak banyak orang Quraisy lainnya untuk memeluk agama Islam.
Demikian, Allah memberikan hidayah kepada Umair, Barangsiapa yang Allah kehendaki akan diberikan kepadanya petunjuk, niscaya. Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama Islam). Dan barangsiapa yang dikendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksaan kepada orang-orang yang tidak beriman (Surat Al-Anam ayat 125).
Oleh Sugiasih. S.Si.
loading...
0 Response to "Kisah Umair bin Wahab"
Post a Comment