Dunia Nabi ~ Pada suatu masa, pasukan Bani Al-Qayn menyerang sebuah kampung. Saat itulah, mereka menawan dan membawa pergi Zaid bin Haritsah yang masih kecil. Zaid pun terpisah dari orang tuanya. Zaid dijual sebagai budak kepada Hakim bin Hizam sebesar empar ratus dirham. Kemudian, Hakim memberikan budak itu kepada bibinya, Khadijah bin Khuwailid.
Saat Khadijah menikah dengan Rasulullah, Khadijah menghadiahkan Zaid untuk Rasulullah. Pada suatu masa, orang-orang dari Bani Ka’ab melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Ternyata, Zaid mengenali beberapa orang dari Bani Ka’ab dan mereka pun mengenali Zaid. Melalui mereka, Zaid berpesan untuk orang tuanya, “Katakan bait-bait syairku kepada keluargaku. Sungguh, aku mengerti kesedihan mereka karena kehilangan diriku”. Kemudian, Zaid melantunkan syair untuk keluarganya.
Mengetahui Zaid berada di Mekkah, ayah Zaid, Haritsah bin Syarahim bin Ka’ab Al-Kalbi, segera datang ke Mekkah. Saat bertemu Rasulullah, Haritsah mengungkapkan keinginannya untuk mengambil Zaid dengan tebusan seadanya. Namun, Rasulullah sangat menyayangi Zaid, seperti anaknya sendiri. Begitu pula dengan Zaid, ia sangat menyayangi Rasulullah. Meskipun demikian, Rasulullah sangat memahami perasaan orang tua Zaid.
Menanggapi permintaan Haritsah, Rasulullah berkata, “Apabila Zaid memilih engkau, aku akan melepaskannya. Demia Allah, aku tidak menginginkan tebusan. Namun apabila Zaid memilih bersamaku, aku tidak akan melepaskan orang yang telah memilihku”. Kemudian, Zaid dipanggil. Rasulullah berkata kepada Zaid, “Aku telah mengenalmu dank kau pun telah mengetahui kasih sayangku untukmu. Pilihlah, aku atau orang tuamu ?” Ternyata Zaid memilih Rasulullah. Keputusan Zaid membuat Rasulullah terharu. Kemudian, Rasulullah mengumumkan di depan majelis bahwa Zaid adalah anak angkatnya. Rasulullah mewarisi Zaid dan Zaid juga mewarisi Rasulullah. Sejat saat itu, Zaid dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad. Haritsah menerima keputusan Zaid dengan hati lapang.
Pada zaman itu, bapak angkat dianggap sama dengan bapak kandung, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Bapak angkat hanyalah secara lahiriah saja karena bapak angkat tidak memiliki hubungan darah dengan anak angkatnya.
Allah menegur Rasulullah untuk membebaskan diri terlebih dahulu dari keadaan ini. Allah menurunkan surat Al-Ahzab ayat 5 artinya, “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Maula-maula ialah seorang hamba sahaya yang sudah di merdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat. Sejak turunnya ayat ini, Zaid dipanggil dengan nama Zaid bin Haritsah. Zaid adalah sahabat Rasulullah yang ikut berjuang menegakkan agama Allah. Pada perang Muktah, Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan muslim. Dalam perang itulah, Zaid mati syahid.
Saat Khadijah menikah dengan Rasulullah, Khadijah menghadiahkan Zaid untuk Rasulullah. Pada suatu masa, orang-orang dari Bani Ka’ab melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Ternyata, Zaid mengenali beberapa orang dari Bani Ka’ab dan mereka pun mengenali Zaid. Melalui mereka, Zaid berpesan untuk orang tuanya, “Katakan bait-bait syairku kepada keluargaku. Sungguh, aku mengerti kesedihan mereka karena kehilangan diriku”. Kemudian, Zaid melantunkan syair untuk keluarganya.
Mengetahui Zaid berada di Mekkah, ayah Zaid, Haritsah bin Syarahim bin Ka’ab Al-Kalbi, segera datang ke Mekkah. Saat bertemu Rasulullah, Haritsah mengungkapkan keinginannya untuk mengambil Zaid dengan tebusan seadanya. Namun, Rasulullah sangat menyayangi Zaid, seperti anaknya sendiri. Begitu pula dengan Zaid, ia sangat menyayangi Rasulullah. Meskipun demikian, Rasulullah sangat memahami perasaan orang tua Zaid.
Menanggapi permintaan Haritsah, Rasulullah berkata, “Apabila Zaid memilih engkau, aku akan melepaskannya. Demia Allah, aku tidak menginginkan tebusan. Namun apabila Zaid memilih bersamaku, aku tidak akan melepaskan orang yang telah memilihku”. Kemudian, Zaid dipanggil. Rasulullah berkata kepada Zaid, “Aku telah mengenalmu dank kau pun telah mengetahui kasih sayangku untukmu. Pilihlah, aku atau orang tuamu ?” Ternyata Zaid memilih Rasulullah. Keputusan Zaid membuat Rasulullah terharu. Kemudian, Rasulullah mengumumkan di depan majelis bahwa Zaid adalah anak angkatnya. Rasulullah mewarisi Zaid dan Zaid juga mewarisi Rasulullah. Sejat saat itu, Zaid dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad. Haritsah menerima keputusan Zaid dengan hati lapang.
Pada zaman itu, bapak angkat dianggap sama dengan bapak kandung, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Bapak angkat hanyalah secara lahiriah saja karena bapak angkat tidak memiliki hubungan darah dengan anak angkatnya.
Allah menegur Rasulullah untuk membebaskan diri terlebih dahulu dari keadaan ini. Allah menurunkan surat Al-Ahzab ayat 5 artinya, “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Maula-maula ialah seorang hamba sahaya yang sudah di merdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat. Sejak turunnya ayat ini, Zaid dipanggil dengan nama Zaid bin Haritsah. Zaid adalah sahabat Rasulullah yang ikut berjuang menegakkan agama Allah. Pada perang Muktah, Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan muslim. Dalam perang itulah, Zaid mati syahid.
loading...
0 Response to "Kisah Zaid Bin Haritsah Sahabat Nabi"
Post a Comment