Mengubah Kejenuhan Menjadi Kemesraan

Dunia Nabi ~ Seorang ibu muda memasuki halaman bank dengan wajah kesal, senyum dan sapa petugas satpam bank tak mampu mengusir gundah yang mewarnai wajahnya. Sesekali ia menggerutu, “Aku juga yang harus ke sini.” Jemarinya kemudian sibuk memencet telpon pintarnya untuk menghubungi beberapa koleganya dan menyelesaikan beberapa urusan.


Beberapa lama berlalu, ia masih duduk menanti, seorang ibu lain yang sebaya duduk di sebelahnya. Membawa tiga orang anak laki-lakinya yang masih balita, bahkan yang terkecil masih belajar berjalan, Ibu tiga orang anak tadi selalu tersenyum, termasuk melihat tingkah  tiga anak laki-lakinya, padahal ketiganya sangat aktif.

Si ibu muda itu memperhatikan tetangga duduknya itu, kesertaan tiga anaknya yang menyita perhatian dan tenaga, tak membuatnya menjadi gusar. Padahal semua ibu tahu betapa repotnya urusan rumah tangga dan anak-anak itu.

Ibu muda tadi masih memperhatikan si ibu tiga anak. Masih tetap sibuk mengajar anaknya yang baru bisa berjalan itu, juga masih setia memberi instruksi apa-apa yang harus dilakukan dua anak kakaknya untuk memastikan si adik aman dan mereka tak pergi terlalu jauh. Namun wajah itu tak berubah, tetap tersenyum  ikhlas sekali, tiba-tiba, si ibu merasa malu sendiri.

Rutinitas Menyiksa Batin

Terkadang rutinitas memang membuat pikiran dan diri kita bagaikan terkengkeng dalam  keharusan. Harus selesai ini dan itu dalam waktu yang sudah ditentukan. Tanpa sadar rutinitas seperti ini hanya membuat kita bagaikan robot dengan pikiran yang kaku dan sendi-sendi yang ngilu.

Bila sudah seperti ini yang menjadi sasaran kejenuhan biasanya adalah pasangan. Meluap dalam berbagai bentuk, kekesalan yang memuncak marah-marah tanpa alasan, atau sensitif pada apapun  sikap pasangan. Begini salah, begitu salah, apalagi bila ada tugas tambahan yang harus dikerjakan, sekecil apapun masalah yang timbul biasanya akan membuat kita pasangan di posisi terdakwa.

Karena pasangan mengeluhkan harga-harga naik, jadi kita harus bekerja sambilan, karena pasangan malas luar biasa sehingga kita harus mengambil alih tugas yang  harusnya dikerjakan olehnya, dan setumpuk sebab yang berasal dari pasangan hingga membuat kita menderita.

Jadi sudah begini jadinya, mari sejenak kita belajar dari peristiwa yang dialami oleh ibu muda tadi, bahwa memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tak bisa menjadikan hari kita istimewa. Meskipun dengan bersungut-sungut memgambil alih tugas yang seharusnya dilakukan sang suami, ibu muda itu memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tak biasa.

Disuasana yang tak biasa itulah ia mendapatkan pengalaman yang justru menyalakan kembali semangatnya dan menggugah jiwanya. Di sana ia belajar untuk tidak menyerah  pada keadaan dan tetap tersenyum di tengah sulitnya situasi dari ibu tiga anak yang duduk disebelahnya.

Karena itu, mari selalu berprasangka baik pada Allah, bahwa sesulit apapun dan tidak menyenangkan apapun keadaan yang kita jalani, pasti ada hikmah yang ingin Allah sampaikan untuk menguatkan jiwa.

Selanjutnya alangkah indahnya jika kita memahami bahwa suasana tak biasa memang sangat diperlukan dalam hubungan kita dengan pasangan.

Banyak pasangan yang sudah terbelit dengan rutinitas tak lagi mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengutarakan apa yang dalam hatinya. Kegembiraan tak lagi mampu diluapkan karena sudah terburu padam ditutupi sikapnya yang membosankan. Kekesalan pun lebih baik ditelan sendiri karena merasa sudah tahu akan bagaimana tanggapannya.

Bila sudah begini, maka ada baiknya pasangan melakukan hal yang tak biasa  dilakukan untuk dilakukan berdua saja. Ambillah waktu untuk melakukan sesuatu berdua saja. Menemukan kembali semangat dan jiwa untuk selalu bisa mengukuhkan ikatan rumah tangga.

“Berdua saja” ini memang penting untuk menemukan kembali posisi pasangan dalam hati kita, untuk menyusun ulang kata-kata yang disukai dan harus dihindari bersama. Terutama  untuk mengemukakan hal-hal yang selama ini menyesak di dada, sehingga tak menjadi bom waktu yang kapan pun dapat meledak melumatkan semua yang sudah dibangun bersama.

Sunnah Rasulullah

Keluarlah sejenak dari rutinitas pilihlah tempat dan aktivitas yang berbeda dari yang biasa dilakukan sehari-hari untuk dilakukan bersama pasangan. Misalkan makan bersama dengan pasangan, bila kesibukan sudah menyita waktu bersama, maka sangat penting untuk menyempatkan waktu  bersama pasangan, makan bersama.

Hal ini bisa kita lakukan dihari libur, dimana anak-anak yang yang balita bisa dititipkan pada keluarga, sementara kita pergi untuk makan berdua.

Anas bin Malik, mengatakan bahwa seorang tetangga Rasulullah yang keturunan Persia, sangat pandai memasak gulai. Suatu hari ia memasak gulai yang sangat lezat untuk Rasulullah, kemudian mengundang beliau untuk makan gulai bersama di rumahnya. Rasulullah kemudian bertanya. “Bagaimana dengan ini  (maksudnya adalah Aisyah ?” Orang Persia itu menjawab “Tidak”. Rasulullah kemudian menjawab “Kalau begitu aku tidak mau.” 

Tetangga Rasulullah tersebut kemudian mengulangi undangannya, Rasulullah kembali bertanya. “Bagaimana dengan ini?”. Orang Persia itu menjawab lagi, “Tidak” Rasulullah kemudian menjawab. “Kalau begitu aku juga tidak mau”.

Tak putus asa, tetangga Rasulullah itu kembali mengundang beliau Rasulullah juga kembali bertanya. “Bagaimana dengan ini?” Pada kali ketiga ini, orang Persia itu mengatakan “Ya” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu (riwayat Muslim).

Kegiatan lain yang bisa dilakukan bersama pasangan untuk menghangatkan hubungan kita dengan pasangan adalah pergi keluar kota bersama. Akan lebih berbahagia lagi kalau bepergian keluar kota, sejalan dengan tugas kita atau pasangan dari kantor.

Meskipun harus membayar lebih jika mengajak pasangan (syukur-syukur jika ikut dibayar), kita akan mendapatkan manfaat lebih dari perjalanan ini. Selain bisa mendapatkan suasana yang berbeda dan berekreasi, kita dan pasangan juga memahami tugas yang harus dijalankan.

Kita akan lebih memahami apa saja beban dari tugas tersebut, bagaimana menyelesaikannya, dan apa risikonya. Disini akan semakin terasa rasa kasih sayang di antara pasangan.

Aisyah berkata. “Biasanya Rasulullah apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barang siapa yang keluar nama undiannya, maka dialah yang akan ikut pergi bersama dengan Rasulullah (riwayat Bukhari dan Muslim).

Inilah sunnah-sunnah yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw, pada kita umatnya. Termasuk dalam menangani masalah kejenuhan dalam berumah tangga, mari meneladani agar rumah tangga kita selalu terasa istimewa, untuk menjadi suami-istri yang cukup bijak......!!!!

Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup


loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Mengubah Kejenuhan Menjadi Kemesraan Silahkan baca artikel Dunia Nabi Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Mengubah Kejenuhan Menjadi Kemesraan Sebagai sumbernya

0 Response to "Mengubah Kejenuhan Menjadi Kemesraan"

Post a Comment

Kisah Nabi Lainnya