Dunia Nabi ~ Dengan modal membuat capil, Bahrul bertekad bisa lanjutkan sekolah sampai kuliah secara mandiri.
Hidup rajin dikala muda walau penuh tantangan dan pengorbanan jauh lebih tepat dipilih dari pada larut dalam gengsi anak muda kekinian yang rata-rata belum mampu mendiri secara ekonomi. Hal itu nampaknya telah menjadi mindset hidup Bahrul Isa Anshori umur 17 tahun.
Remaja yang saat ini duduk dikelas XII SMK swasta di Magetan Jawa Timur itu memilih hidup rajin melakukan apa yang boleh jadi, bukan kegemaran rata-rata anak seusianya, yaitu menganyam capil, sebuah topi khas petani yang dibuat dari bahan dasar bambu.
Saya sehari-hari seperti ini, mambantu orang tua menganyam capil, dari pada banyak main, lebih baik belajar dan membantu orang tua, tuturnya kepada Mulia saat dijumpai di kediamannya.
Orang tuanya menuturkan Bahrul memang anak yang mengerti “Sejak kecil Bahrul memang suka membantu pekerjaan orang tua, yang di ladang dan sawah.” Ungkap ibunya Katinem.
Sampai saat ini Bahrul menekuni kebiasaannya membantu orang tua. Sepulang dari sekolah setiap hari pasti ia membantu orang tua, imbuh sang ibu.
Pilihan tersebut memang beralasan, mengingat capil masih menjadi kebutuhan banyak petani di daerah Jawa pada umumnya. Capil seperti masih sering dipakai oleh petani-petani di desa saat bekerja di ladang atau di sawah, sehingga masih dijadikan pekerjaan rumah tangga sampingan bagi warga tutur Bahrul.
Ia menambahkan bahwa membuat capil masih menjadi pilihan banyak warga di desa Sumber Agung Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Jawa Timur.
Perlu keuletan, Sekalipun tampak sederhana mambuat capil termasuk keahlian yang dibutuhkan kesungguhan, ketekunan serta keuletan. Hal ini supaya hasil anyaman produksi capilnya bagus dan layak di jual.
Ya, ini memang harus sabar dan telaten, tegas Bahrul. Inilah yang selama ini menjadi andalan pendapatan keluarga. Meski butuh ketekunan, waktu panjang menyelami dunia capil menjadi Bahrul kian hari kian terampil.
Hal itu mendorong Bahrul mampu terus aktif memproduksi capil, sehingga sejak awal masuk SMK Bahrul sudah tidak merepotkan kedua orang tuanya.
Alhamdulillah dari membuat capil ini saya bisa membiayai sekolah sendiri dengan hasil memproduksi capil meski hanya disisa-sisa waktunya sepulang dari sekolah dan hari libur, ungkapnya.
Rata-rata dalam seminggu Bahrul bisa memproduksi 1 kodi capil, yang terdiri dari 20 buah capil, mulai dari anyaman sampai pembentukan pola sampai finishing. Rata-rata 1 kodi harga laku sebesar Rp. 200.000,-
Jadi Bahrul untuk memasarkan capil hasil karyanya karena sudah ada pengepul yang siap menampung capil dari pengrajin.
Dengan modal membuat capil, Bahrul bertekad bisa lanjutkan sekolah sampai kuliah secara mandiri. Do’anya saya bisa kuliah dan mandiri, serta semoga dapat mewujudkan cita-cita menjadi pengusaha sukses sehingga bisa membahagiakan kedua orang tua, ucap Bahrul.
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup
loading...
0 Response to "Bahrul, Mandiri Hingga Biayai Sekolahnya Sendiri"
Post a Comment