Kisah Teladan Ustadz Lukman Hakim

Dunia Nabi ~ Laki-laki itu datang dengan tergopoh. Sesampainya di hadapan Lukman Hakim, ia mengabarkan berita duka akan kematian ayahnya, Ustadz Lukman, begitu beliau akrap disapa, ia mengucapkan bela sungkawa.

Tak lama berselang, secara tiba-tiba ia terserang kemasghulan. Pasalnya, pria itu menanyakan hal yang tidak lazim.

“Jenazah ayah saya, hendak diurus dengan cara Islam atau Kristen, ustadz?” tanyanya.

Memang agama ayahnya apa? Pindah-pindah ustadz. Pernah agama Kristen, kemudian agama Islam. Kristen lagi, Islam lagi, terang laki-laki itu.

Bingung dengan keterangan yang diperoleh. Akhirnya Lukman mencoba mengorek lebih dalam, ia tidak ingin gegabah mengambil keputusan. Maka bertandanglah ke rumah duka. Disana ada istri dari almarhum.

“Mohon maaf, Ibu kalau menurut ibu, bapak ini Muslim atau Kristen? Tanyanya. Menurut saya bapak ini muslim, ustadz, jawab sang istri.

“Kok bisa yakin ibu? Apa buktinya,” kejar Lukman lagi. “Ketika sakit, bapak sering mengucapkan dua kalimat syahadat,” urai istri itu.

“Ada lagi bukti lainnya, ibu?”  “Semasa sakit, bapak pernah mengutarakan keinginannya pergi ke masjid,” lanjut istri itu. 

“Kalau begitu, kita rawat jenazah bapak dengan cara Islam,” putus Lukman kemudian.

Dakwah di kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) memiliki kesan sendiri bagi putra pasangan Muh. Thoha dan Dhofira ini. Selain letak geogarfis yang tersembunyi dari keramaian. Berada di atas gunung yang jalannya terjal dan tidak bisa dilewati roda empat. Juga soal pemahaman  keagamaan warga setempat yang sangat memperihatinkan.

“Agama bagi mereka itu adat-istiadat. Jadi tidak ada kepedulian dengan urusan agama. Campur aduk semua,” jelas ustadz murah senyum ini.

Tak  hayal peristiwa siang itu begitu membekas di benak ustadz asal Kota Demak ini. Hatinya miris mendapat keadaan demikian. Ia pun terpanggil untuk segera memberikan pencerahan dan pembinaan.
Malamnya, ketika diberlangsungkan do’a bersama di rumah duka, Lukman berinsiatif menjadikannya wasilah memberi pencerahan. Akan pentingnya agama bagi seseorang. Dan memang sudah menjadi kebiasaan warga setempat. Bila ada warga yang meninggal, semua nimbrung. Mengikuti segala ritual. Tak terkecuali berlainan keyakinan.

Tak disangka keesokan harinya banyak warga yang menghadap untuk menjelaskan status agama mereka. Bahkan ada pula yang menyatakan hendak menjadi mualaf. Masuk agama Islam.

Ingin nur cahaya ini terus bersinar dan membesar. Ketua Pengurus Wilayah Hidayatullah Sumatera Utara ini, kemudian mengutus seorang dai, guna bertempat tinggal disana. Memberikan pembinaan bagi warga-warga setempat.

“Kalau dulu adzan saja jarang berkumandang, sekarang alhamdulillah sudah rutin, jama’ah sholat Jum’at juga mulai banyak. Dua shafan,” ujarnya penuh syukur.

Ada lagi proyek yang saat ini tengah dirancang, yaitu membangun rumah Qur’an. Ini dibentuk untuk memfasilitasi anak-anak agar mampu membaca dan menghafal kalamullah. Karena memang selama ini tidak ada lembaga yang menaungi secara formal.

Kepala Sekolah

Tahun 2001, Lukman Hakim menyelesaikan studinya di STAI Luqman al-Hakim, Surabaya. Tahun itu juga, ia mendapat tugas untuk mengembangkan dakwah di pesantren Hidayatullah, cabang Bengkulu.

“Sebenarnya berat, tapi karena keputusannya sudah final, sami’naa wa atha’naa (kami dengar dan kami taat) aja,” ujarnya.

Untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki sistem yang ada, penyuka jurnalistik ini acap berdiskusi dengan lembaga-lembaga Hidayatullah, cabang Jogjakarta. Ia punya sahabat di sana. Sehingga dengan intens bisa komunikasi dan sharing pengalaman.

Buahnya Lembaga yang dipimpinnya semakin tertata rapi. Prestasi sekolah terus meningkat, animo masyarakat pun semakin tinggi, termasuk dalam hal ini, masalah kepegawaian/guru semakin baik kedisplinannya.

Lukman berkisah, Pernah suatu hari ketika awal menjabat sebagai kepala sekolah ia dikagetkan dengan absennya para guru di sekolahan secara serempak. Tidak ada izin, murid-murid tidak ada yang mengajar, selidik punya selidik.  Ternyata para guru itu pada ikut tes masuk PNS.

Al-Hamdulillah, setelah dilakukan perbaikan, kejadian itu tidak terulang lagi. Saat ini, SD kita menjadi salah satu sekolah Islam terfavorit di Bengkulu, terang kelahiran 41 tahun  silam ini.

Prioritas Dakwah

Dakwah bagi Lukman adalah pilihan hidup, bahkan sedari awal penugasan ia telah menekatkan diri untuk terus meniti jalan para Nabi ini. Jalur inilah, katanya mendapat jaminan dan bisa menghantarkan syahid di jalan-Nya.

Bukan sekali-dua kali mendapat iming-iming terjun di dunia bisnis, dengan kalkulasi keuntungan nan besar, tapi ia tolak.

Tidak hanya pribadi yang ia coba teguhkan, tapi juga keluarga khususnya istri. Umpama ketika Lukman diberi kemampuan oleh Allah untuk membeli rumah di sebuah perumahan di kota Bengkulu, ia berpesan kepada istrinya.

“Jangan sampai rumah yang kita beli ini, menjadi penghalang untuk menerima tugas dakwah,” ucap suami Herlina  ini.

Tak lama berselang, komitmen Lukman benar-benar diuji. Ia mendapat amanah untuk pindah tugas dakwah, sebagai ketua pimpinan wilayah Hidayatullah Sumatera Utara (Sumut). Rumah yang belum lama dibelipun ditinggalkan. Menuju  medan dakwah baru.
“Semoga dakwah ini menjadi jalan syahid saya, menuju Allah,” do’a bapak tiga orang anak ini.
“Dakwah Tanpa Mengenal Lelah. Adalah tugas kita, untuk melakukan dakwah itu terus-menerus tanpa mengenal lelah dengan selalu menjaga niat jangan sampai melenceng, serta merawat keikhlasan jangan sampai ternodai oleh riya.”  A...miin !!!!!
Sumber: Majalah Mulia, Berbagi Kemuliaan Hidup

loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Kisah Teladan Ustadz Lukman Hakim Silahkan baca artikel Dunia Nabi Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Kisah Teladan Ustadz Lukman Hakim Sebagai sumbernya

0 Response to "Kisah Teladan Ustadz Lukman Hakim"

Post a Comment

Kisah Nabi Lainnya