Suami I’tikaf, Istri Hafal Al Quran Dalam Waktu 15 Hari ~ Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya, Wa ba'b. Ini adalah masa-masa indah yang berlalu dengan segala kisah yang ada di dalamnya. Dan inilah mimpi yang menjadi kenyataan, dan kenangan yang selalu menhampiriku.
Perlu diketahui bahwa sesungguhnya tujuan terbesar didalam hidupku adalah hafal surat Al- Baqarah dan Ali Imran. Demi Allah, sekali-kali kalian tidak akan percaya bahwa sebenarnya aku adalah orang yang tidak memilik kesabaran untuk menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena aku menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil dan sangat susah sekali untuk mewujudkan tujuan yang ingin aku wujudkan sebelumnya, yaitu hafal surat Al-Baqarah dan surat Ali Imran. Dan, aku menganggap bahwa kedua surat itu adalah Surat Al-Qur'an yang paling sulit (untuk dihafal), dan aku juga beranggapan hafalan tersebut dalam waktu yang lama. Subhanallah, tak terasa sudah tujuh tahun aku mempertahankan hafalan kedua surat tersebut.
Ketika bulan Ramadhan datang, tiba-tiba suamiku mengejutkanku bahwa ia akan beri'tikaf selama 15 hari terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram. Tentu kalian mengerti tentang kesulitan yang menimpaku, karena aku akan ditinggal sendirian bersama anak-anakku. Kami tinggal di daerah yang jauh dari keluarga, sedang para tetangga disini semuanya menutup pintu rumahnya (tidak peduli dengan urusan sesama tetangga). Aku merasa gembira karena suamiku akan beri'tikaf. Akan tetapi, manfaat apa yang dapat kupetik dalam kesendirianku ini?
Ketika waktunya telah tiba dan suamiku pergi untuk beri'tikaf, maka akupun merasakan pahitnya kesendirian yang sebenarnya. Kemudian, aku mengangkat tanganku kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, lalu aku berdoa kepada-Nya dengan doa orang yang tertimpa kesulitan, sedang air mata pun mengalir deras membasahi pipiku, “Wahai Rabbku, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Curahkanlah kepadaku rezeki berupa teman-teman yang shalihah, yang baik dari aku. Sehingga, aku bisa meladeni mereka, Ya Allah, berikanlah aku sebaik-baik teman.” Sungguh, doaku segera dikabulkan oleh Rabb yang Maha Pengasih. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Dia telah berfirman dalam Kitab-Nya; “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin ayat 60).
Ketika aku duduk di depan komputer sambil mengakses internet guna mencari situs yang berisikan informasi tentang keajaiban Al-Qur'anul Karim, tiba-tiba mataku tertuju pada situs akademi para penghafal Al-Qur'an. Sebelumnya, aku tidak tahu bahwa masuknya aku ke dalam komunitas situs ini adalah pertanda terkabulnya doaku. Aku pun masuk dalam komunitas situs ini dalam keadaan terharu. Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, aku keluar dari situs ini dalam keadaan yang tidak seperti keadaan saat aku masuk, yaitu keadaan yang belum pernah aku impikan i'tikaf dalam rangka menghafal AlQur'an dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sungguh, merupakan karunia Allah dan taufik-Nya atasku adalah aku segera mendaftarkan diri untuk beri'tikaf di akademi para penghafal Al-Qur'an tersebut tanpa keraguan.
Sejak pertama aku beri'tikaf, aku merasa kagum dengan para akhawat yang turut beri'tikaf denganku. Demi Allah, mereka adalah sebaik-baik saudari di jalan Allah. Mereka menceritakan pengalaman-pengalaman mereka dalam menghafal Al-Qur'an. Setelah mendengar cerita mereka, aku membayangkan seakan-akan aku bagaikan makhluk yang berasal dari planet lain. Masuk akalkah bahwa di antara mereka ada yang hafal Al-Qur'an hanya dalam waktu tiga hari? Padahal selama tujuh tahun aku tidak memiliki hafalan kecuali hanya dua surat. Setelah itu, kerinduanku (untuk menghafal) pun bertambah, sementara kesedihan dan kesempitanku menghilang. Kemudian, Allah mengganti kedua perasaan tersebut dengan ketenangan yang tiada tara. Aku bertawakal pada Dzat yang hidup kekal lagi terus menerus mengurusi makhluk-Nya atas karunia-Nya yang melimpah. Aku mengambil keputusan untuk beri'tikaf dalam rangka menghafal Al-Qur'an. Karena sesungguhnya, inilah amalan yang terbaik di bulan Ramadhan. Aku pun berujar; Sesungguhnya, Ramadhan kali ini akan berbeda (dengan Ramadhan sebelumnya) dengan izin Allah.
Aku pun mengambil secarik kertas, lalu aku tulis di dalamnya keuntungan-keuntungan yang akan aku dapatkan dari menghafal Al-Qur'an berupa nikmat dan kebaikan yang besar baik di dunia maunpun di akhirat. Begitu pula dengan nikmat yang lebih besar dari keduanya, yaitu keridhaan Allah terhadapku. Dengan izin Allah, hanya dalam beberapa saat aku akan bergabung dengan mereka, sebaik-baik umat ini, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan yang mengajarkannya.” (Muttafad Alaih).
Aku berkhayal seakan-akan aku bersama para nabi shidiqqin syuhada, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang terbaik. Kemudian aku berkhayal lagi seakan-akan aku menyematkan Mahkota diatas kepala kedua orang tuaku dengan kedua tanganku ini. Aku berkhayal bahwa aku dapat membebaskan mereka (dari siksa), kemudian aku pun kembali kepada diriku (untuk membebaskan diri sendiri). Aku juga berkhayal mengenai berbagai kenikmatan yang Allah anugerahkan kepadaku. Aku menulis semuanya, dan aku menggantungkan tulisan itu di tempat yang senantiasa terawat. Aku pun membawa halaman -halaman (mushaf Al-Qur'an) yang telah aku putuskan bahwa aku sekali-kali tidak akan meninggalkannya; dan akan menjadikannya sebagai teman di dalam eksperimen ini. Setelah itu aku pun berwudhu, lalu duduk dan membuka Al-Qur'an. Aku berkata dengan suara yang hanya terdengar oleh diri sendiri. 'Sekarang, aku akan menguji kemampuan akalku yang sebenarnya. Dan aku akan memulainya dengan bertawakal pada Allah seraya mengulang-ulang firmah Allah Ta'ala. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran. Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar ayat 17).
Kemudian, aku memasang alat pengingat untuk mengingatkanku bahwa aku akan hafal satu lembar dalam 10 menit. Maka, aku pun mulai menghafal halaman demi halaman. Setiap halaman, aku menghafalkannya seraya berdoa kepada Allah agar Dia berkenan memantapkannya pada diriku. Doa yang kupanjatkan adalah, “Ya Rabb-Ku., aku titipkan pada-Mu apa-apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Maka, jagalah ia untukku.” Aku mulai menghafal pada waktu Dhuha sampai Zhuhur, lalu menghafal lagi sampai jam setengah tiga siang. Setelah itu aku tidur sebentar dengan memasang alarm. Ketika alarm berbunyi pada jam tiga sore, aku segera bangun untuk shalat Ashar. Kemudian, aku mulai menghafal sampai datang waktu shalat Maghrib, lalu kulanjutkan hingga sebelum shalat Isya.
Dari mulai menghafal sampai selesai, aku tidak berpindah-pindah. Aku hanya duduk pada satu tempat, hingga tak terasa bahwa aku telah menghafal 3 juz. Ya Allah, betapa mulianya Engkau dan betapa besarnya nikmat-Mu. Akan tetapi, mengapa kami tidak pernah mensyukuri nikmat ini. Aku pun melanjutkan hafalanku sampai aku selesai menghafal 16 juz Al-Qur'an dalam waktu 6 hari, Alhamdulillah. Aku bingung, apakah aku akan menyempurnakan hafalanku. Aku yakin bahwa hafalanku tidak hilang hingga suamiku datang dan kami kembali berkumpul dengan keluarga, karena aku telah menitipkannya pada Rabbku yang Maha Mulia (agar Dia selalu menjaganya). Subhanallah, tak terasa aku akan meninggalkan tempat dimana aku menghafal Al-Qur'an dan berkhalwat (mendekatkan diri) dengan Rabbku, menuju kehidupan yang melalaikan dan keduniaan yang fana, yang mana semuanya sedang memfokuskan perhatiannya pada beberapa pertanyaan. “Kue dan manisan apa yang akan kami persiapkan untuk hari Ied kali ini?” Pakaian apa yang akan kami pakai pada hari Ied?, serta berbagai hal lainnya, sedang aku masih mengasingkan diri untuk menghafal Al-Qur'an.
Kemudian, aku pun kembali kepada mereka, sedang aku berharap bahwa aku dapat mengkhatamkan hafalanku pada hari terakhir di bulan Ramadhan, serta mendapatkan dua kebahagiaan. Akan tetapi, ketika yang kuharapkan belum terwujud, cobaan dan ujian dari Rabb semesta alam datang padaku. Apakah aku akan melanjutkan hafalanku ataukah aku menghentikannya? Akan tetapi, Alhamdulillah, aku tidak berhenti menghafal. Mungkin kalian tidak akan percaya bahwa pada suatu hari, aku tidak dapat menghafal kecuali hanya dua halaman. Bukan karena aku tidak bisa, akan tetapi hal itu disebabkan karena aku sangat disibukkan dengan sesuatu yang menimpaku. Keempat anakku semuanya menderita demam tinggi, hingga mereka tidak bisa tidur sepanjang malam. Oleh karena itu, aku pun banyak begadang malam untuk menemani mereka. Dan ketika aku merasa kepayahan sedang anakku yang paling kecil menangis terus-menerus, dan tidak ada seorang pun yang membantu, akhirnya aku pun jatuh sakit.
Alhamdulillah, Walaupun sakit, aku tidak berhenti melanjutkan hafalanku dan terus berusaha sampai Allah berkenan menyembuhkan mereka yang sudah lama terbaring sakit. Setelah mereka sembuh, aku bertawakkal kepada Allah dan aku katakan pada diriku sendiri. Akan aku khatamkan hafalanku yang tersisa 10 juz dalam waktu dekat, Alhamdulillah, sungguh Allah telah memberikan karunia-Nya kepadaku hingga aku dapat menghafalnya dengan cepat. Sekarang, aku akan menceritakan kepada kalian moment-moment yang paling indah dalam hidupku, yaitu moment saat aku mengkhatamkan Al-Qur'an. Pada pagi hari ini, aku bermimpi indah. Mimpi itu membawa kabar gembira bahwa pada hari ini aku akan mengkhatamkan hafalan Al-Qur'an. Serta-merta, aku pun amat bergembira, karena pada hari ini hafalanku yang tersisa hanya tinggal 3 juz. Kemudian, aku mulai menghafal. Dan tanpa kusadari, aku menghafalnya dengan cepat. Satu halaman dapat aku hafal dalam waktu 8 menit, terkadang hanya 5 menit. Sehingga, ketika waktu menunjukkan jam sembilan malam, aku tidak tahu bahwa waktu itu adalah waktu yang telah aku tunggu-tunggu, yaitu waktu pengkhataman Al-Qur'an. Aku terus membaca akan tetapi aku tidak memperhatikan bahwa yang tersisa hanya tinggal beberapa halaman.
Apakah kalian tahu bagaimana aku menyadarinya? Sungguh, kalian tidak akan percaya. Aku merasakan perasaan yang aneh sekali. Perasaan ini tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Perasaan ini tidak bisa digambarkan, karena ia begitu saja menyebar ke seluruh tubuhku. Perasaan yang berupa ketenangan dan ketentraman. Demi Allah, seakan-akan diriku akan terbang karena ringannya tubuh. Maka, aku pun menjadi seperti selembar bulu karena ringannya. Aku merasa heran, hingga aku bertanya pada diriku sendiri. 'Perasaan apakah ini?' Jantungku mulai berdetak, seakan-akan ia berkata kepadaku,' Semoga keberkahan terlimpah atasmu. Engkau telah khatam menghafal Al-Qur'an. Al-Qur'an telah berada didadamu.'
Tiba-tiba aku tersadar, aku sedang membaca akhir ayat yang mana dengannya mengkhatamkan Al-Qur'an. Maka, aku pun menyungkurkan diriku ketanah, lalu aku bersujud syukur, sedang air mata kegembiraan jatuh menetes ke bumi. Kemudian, aku pun berlari menemui suamiku. Aku kabarkan berita gembira ini dengan penuh sukacita. Lalu, aku pun melihat mushaf yang telah menemaniku sepanjang perjalananku menghafal Al-Qur'an. Aku menangis sambil berkata, 'Wahai mushafku yang tercinta, sungguh, aku telah mendapatkan moment-moment yang paling indah (dalam hidupku).' Lalu aku pun memeluk mushafku itu dengan erat. Berulang-ulang aku ucapkan, 'Alhamdulillah' segala puji bagi Allah, sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya. Alhamdulillah, aku telah khatam menghafal Al-Qur'an dengan sempurna. Berikutnya, perasaan yang tak bisa aku gambarkan adalah tiba-tiba aku beranjak pergi ke depan komputer. Lalu, aku memutar CD yang berisi ucapan-ucapan takbir, yang aku mimpikan sepanjang masa hafalanku. Kemudian, aku dan suamiku mendengarkannya dan semua merasa gembira.
Ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah memuliakanku dengan menghafal kitab-Mu. Ya Rabbku, betapa mulianya diri-Mu. Engkau telah menggantikan kesendirianku dengan sebaik-baik teman yang menemaniku dalam kehidupanku dan kuburku. Wahai Rabbku, aku berdoa pada-Mu saat hatiku terkoyak karena kesendirian. Kemudian, Engkaupun menggantinya dengan sesuatu yang lebih dari apa yang aku angan-angankan dan aku harapkan. Betapa mulianya Engkau wahai Rabb Yang Maha pengasih, Yang telah memberikan karunia yang melimpah. Adapun kalimat terakhir untuk menutup halaman-halaman yang indah, 'Aku adalah wanita, sebagaimana wanita lain. Aku memiliki suami dan anak-anak. Anak-anakku belajar di sekolah khusus dengan kurikulum pelajaran yang sangat sulit. Aku hafal Al-Qur'an, akan tetapi aku tidak melalaikan tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Aku mendidik anak-anakku dan berusaha mengajari mereka segala sesuatu. Dan tanggung jawab yang paling utama adalah sebagai seorang Istri yang berusaha untuk mendapatkan keridhaan suaminya; tidak mengurangi haknya; dan menunaikan kewajiban-kewajibannya secara sempurna. Alhamdulillah, Allah tidak menjadikanku telat untuk menghafal Al-Qur'an selama-lamanya. Demi Allah, janganlah kalian memberikan alasan atas tidak hafalnya kalian terhadap Al-Qur'an, selama-lamanya. Apalagi kalian, para gadis yang belum menikah dan belum memiliki tanggung jawab.
Pertama dan terakhir kalinya adalah berprasangka baiklah pada Allah, maka Allah akan berprasangka baik sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Karena ketika aku mengira bahwa surat Al-Baqarah dan Ali Imran sulit sekali untuk dihafal dan usaha itu akan memberikanku anugerah sesuai dengan apa yang aku kita, yaitu menghafalnya selama 7 tahun. Hal itu disebabkan karena aku tidak berprasangka baik pada Allah. Akan tetapi, ketika aku memasrahkan diri kepada Allah dan berprasangka baik terhadap-Nya, aku berujar pada diriku sendiri, 'Aku akan menghafal Al-Qur'an secara sempurna dalam waktu yang singkat.' Allah memuliakanku dengan menghafal kitab-Nya, dan memudahkan. Allah menunjukiku jalan dan cara menghafal yang bermacam-macam, yang tidak pernah aku mengerti dan ketahui sebelumnya. Wahai orang yang berkeinginan untuk menghafal Al-Qur'an, bertawakkallah kepada Allah! Bersungguh-sungguhlah dalam berusaha! Dan jujurlah pada dirimu bahwasanya engkau benar-benar ingin menghafal Al-Qur'an ! Serta berprasangka baiklah bahwa Allah akan memberikan taufik-Nya atas usahamu. Demi Allah, engkau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dengan segera; dan engkau akan menjadi bagian dari penghafal kalam yang paling agung, yaitu kalam Rabb semesta alam.
Oleh Eep Khunaefi
loading...
0 Response to "Suami I’tikaf, Istri Hafal Al Quran Dalam Waktu 15 Hari"
Post a Comment