Seorang Ibu Yang Di Kubur Hidup-Hidup 7 Hari 7 Malam ~ Tersebutlah seorang ibu dari kaum Bani Israel, Nadziah namanya. Sang ibu memiliki seorang anak yang sakit-sakitan. Betapa sedihnya ia melihat si buah hati yang menderita berkepanjangan. Entah sampai kapan kesembuhan itu datang. Sebagaimana orang tua, tentu ia sangat ingin anaknya sehat kembali. Ia menangis dan merintih. Hingga tercetus dari benaknya bahwa ia rela dikubur hidup-hidup asalkan anaknya sembuh.
“Demi Allah.” ucap Nadzirah dengan pasrah.”Seandainya saja anakku sembuh aku siap dikubur hidp-hidup selama 7 (tujuh) hari 7 (tujuh) malam.” Jeritan hatiNadzirah, rupanya, didengar Allah swt. Perlahan penyakit yang bersarang di tubuh anaknya berangsur sembuh. Hingga bugar seperti sediakala. Sang ibu sudah pasti sumringah melihat anaknya sudah kembali ceria. Namun Nadziah lalai pada nadzar yang pernah diucapkannya. Nadzar itu mudah sekali ia ucapkan, tapi berat sekali ia laksanakan. Hingga suatu malam, Nadzirah bermimpi. Di dalam alam bawah sadarnya, seseorang mendatangnya.
“Tunaikan janjimu segera! Kalau tidak, maka tunggu saja saatnya malapetaka yang akan menimpa kehidupanmu.” kata orang itu pada Nadzirah. Saat terjaga Nadzirah gelisah. Resah, Mimpi itu kemudian ia ceritakan kepada anaknya. Mendengar hal itu, sang anak mengingatkan pada ibunya untuk melaksanakan saja apa yang dulu pernah dinadzarkan.
Setelah berpikir jernih, mendapat masukan dari anaknya, hari itu sang ibu membulatkan tekad dan niat untuk menepati janjinya. Satu per satu segala keperluan untuk melaksanakan nadzar dipersiapkan. Perempuan itu menyuruh sang anak agar nanti menguburnya hidup-hidup, dimana liang kubur itu nanti akan dipasang dua bilah bambu yang setiap ruasnya dilubangi sebagai jalan pernapasan untuknya.
Instruksi sang ibu dilaksanakan. Si anak yang sudah sembuh dari sakitnya itupun segera membuat liang kubur. Hingga setelah semua siap, si ibu turun memasuki liang kubur sambil berdoa memohon kepada Allah swt. “Ya Allah!” ucap Nadzirah. “Hari ini, aku akan menunaikan nadzarku kendati diliputi kegelisahan. Namun pintaku ya Allah, mohon jaga diriku ini dari segala marabahaya yang akan mencelakakanku.”
Sejurus kemudian, perempuan itu langsung menempatkan diri. Berbaring di liang lahat. Dua potong bambu yang dihubungkan ke atas sebagai alat bantu pernafasan juga sudah dilaksanakan sang anak. Tidak lupa seutas benang juga diikatkan ke tangan sang ibu untuk jaga-jaga kalau terjadi apa-apa nanti ia bisa memberikan isyarat melalui benang itu kepada anaknya yang menunggunya di atas liang lahat. Setelahnya, liang kubur itu kemudian ditutup dengan papan dan ditimbun dengan tanah sampai rata oleh sang anak. Persis liang lahat yang digunakan untuk menguburkan seseorang yang sudah meninggal dunia.
Usai pengurungan, di dalam kubur itu, Nadzirah mendadak merasakan munculnya cahaya dari arah sebelah kepalanya. Ia melongok. Dilihatnya ada sebuah terowongan menuju ke sebuah taman. Di sana ada dua orang wanita sedang duduk. “Wahai Nadzirah, kemarilah!” panggil dua wanita itu. Tiba-tiba saja terowongan itu melebar. Nadzirah menghampiri mereka. Lalu ia menjabat tangan mereka seraya mengucap salam. Nadzirah lalu duduk di samping keduanya. Tak berapa lama kemudian, datanglah seekor burung yang hinggap di kepala salah seorang dari kedua wanita itu dengan mengibas-ngibaskan sayapnya cukup lama, dengan maksud untuk mengipasi wanita itu agar merasa sejuk.
Begitu pun, beberapa detik kemudian seekor burung datang lagi dan hinggap di kepala wanita yang satunya. Anehnya burung yang satu ini mematuk kepala wanita yang dihinggapinya hingga banyak sekali darah yang berceceran. Wanita itu sebenarnya telah berusaha sekuat tenaga untuk menghindar, namun percuma usahanya. Sulit baginya melapaskan dari patukan burung itu. Kejadian aneh ini membuat Nadzirah heran. “Hai kawan, mengapa ada seekor burung yang selalu mengipasimu hingga hidupmu tampak begitu ceria seperti ini?” tanya Nadzirah penasaran pada wanita yang tampak tersenyum renyah.
Wanita yang dikipasi oleh burung itu menjawab, “Dahulu ketika aku masih di dunia, aku selalu berusaha agar suamiku bahagia. Hingga aku mati, dia begitu mencintaiku. Ternyata setelah aku di dalam kubur ini, Allah pun memberi kemuliaan yang begitu berharga bagiku sebagaimana yang kau lihat sekarang.” Rasa penasaran Nadzirah juga tertuju pada wanita yang terus dipatuk kepalanya. “Dan mengapa engkau tampak muram, beda dengan kawanmu itu, dimana siksaan tidak henti-hentinya engkau terima?”
“Sebenarnya saat aku hidup di dunia aku termasuk orang yang rajin mengerjakan kebajikan. Hanya saja, aku sering menyakiti hati suamiku, sehingga ia membenciku. Dia merasa bahwa kematianku pun dianggap sebagai pelapas penderitaannya. Meskipun demikian, Allah rupanya masih menaruh belas kasihan terhadapku, sehingga kuburku masih berupa taman surga sebagai balasan atas kebajikan-kebajikan yang pernah kulakukan dahulu. Sedangkan siksa yang kuterima sebagaimana yang engkau lihat ini, merupakan balasan dari kesalahanku pada suamiku.”
“Karena itu” lanjutnya, “Nanti setelah ibu keluar dari tempat ini, tolonglah kiranya ibu mau menceritakan keadaanmu pada suamiku dan mintakan maaf padanya. Sebab Allah tidak akan menghentikan siksaan ini selama suamiku belum memaafkan dan ridha terhadapku,” demikianlah wanita itu memohon pada Nadzirah.
Tak terasa sudah 7 (tujuh) hari 7 (tujuh ) malam Nadzirah berada di liang kubur dalam rangka menunaikan janjinya pada Allah swt. Kedua wanita yang bertemu di alam kubur itu pun mengingatkan pada Nadzirah. “Segeralah engkau ke liang kuburmu lagi! Sebab anak ibu sebentar lagi akan menggali kubur untuk mengeluarkan ibu kembali.” Segera saja Nadzirah kembali ke tempatnya semula. Pada saat yang sama, anaknya sudah mulai mengali untuk mengeluarkan dirinya dari liang kubur. Akhirnya, Nadzirah pun selamat dan pulang bersama anaknya.
Pengalaman hidup Nadzirah yang sungguh aneh selama di kuburan itu cepat tersebar ke seluruh penjuru. Banyak sekali orang yang datang ke rumah Nadzirah pun tak ditanya informasi itu sampai ke telinga sang suami dari wanita yang tersiksa yang pernah ditemui Nadzirah di alam kubur. Sama seperti yang lain, suami dari wanita yang tersiksa itu datang ke rumah Nadzirah.
Setelah mengenalkan diri seraya menyebutkan nama istrinya. Nadzirah pun menceritakan keadaan istri dari tamunya tersebut. Kontan saja, setelah mendengar penuturan dari sang tuan rumah, lelaki itu terharu dan merasa kasihan sekali terhadap istrinya yang sudah menghadap Sang Penguasa. Karena itu, saat itu juga dia langsung memaafkan seluruh kesalahan yang pernah dilakukan oleh istrinya padanya.
Malam tiba. Orang-orang sudah ke rumahnya masing-masing. Berhenti dari segala aktivitasnya untuk beristiahat. Begitu pun Nadzirah mulai merebahkan diri hingga tertidur. Tak diduga, malam itu ia bermimpi, bertemu dengan wanita malang yang pernah ditemuinya dialam kubur. Anehnya wanita itu sekarang sudah nampak bahagia.
“Aku sekarang telah terlepas dari penderitaan dan siksaan kubur yang selama ini ku alami. Semua ini berkat jasamu wahai ibu yang menceritakan keadaanku pada suamiku sehingga suamiku mau memaafkan segala kesalahanku. Aku tidak bisa membalas kebaikanmu ini. Semoga saja Allah swt, memberi maaf atas segala dosamu dan dilipat gandakan pahala atas seluruh amal kebajikanmu,”ucapnya dengan senyum bahagia...........!!!!
Sumber : Majalah Hidayah
loading...
0 Response to "Seorang Ibu Yang Di Kubur Hidup-Hidup 7 Hari 7 Malam"
Post a Comment