Kisah Pengusaha Bangkrut Bangkit Kembali Lewat Sedekah ~ “Ia sempat mau bunuh diri karena stres. Lalu ia sadar dan menyedekahkan seluruh isi kontrakannya. Tak lama kemudian ia pun diangkat jadi manager.”
Sebut saja namanya Hermawan, seorang pengusaha sukses di bidang peternakan ayam. Jumlah ayamnya ribuan ekor. Hampir setiap saat mobil keluar masuk untuk mengangkut ayam-ayamnya. Dengan usahanya ini ia bisa menghidupi keluarganya.
Hanya saja, di tengah puncak usahanya, tiba-tiba, datang wabah penyakit flu burung yang menyerang ayam-ayamnya. Satu persatu ayam ternaknya mati secara misterius. Semakin lama terus bertambah hingga ayamnya mati semua. Awalnya, Hermawan tidak mengetahui penyebab kematian ayam-ayamnya. Namun, setelah diselidiki akhirnya diketahui bahwa penyebabnya adalah penyakit flu burung.
Anda bisa tebak sendiri, apa dampaknya terhadap Hermawan? Tentu saja stres luar biasa, apalagi itu merupakan usaha satu-satunya. Di tengah kondisi demikian, sang istri tercinta dikeluarkan (PHK) dari perusahaanya. Semakin bertambah stres-lah Hermawan dan keluarga.
Mencari penghasilan dalam waktu singkat tidaklah mudah. Yang bisa dilakukan oleh Hermawan hanyalah meratap dan bersedih hati. Hal itu terus ia lakukan. Apalagi perlahan-lahan tabungannya pun semakin menipis dan akhirnya habis. Untungnya, dalam kondisi demikian sang mertua masih berbaik hati. Artinya, selama Hermawan belum memiliki penghasilan, mereka mendapatkan bantuan makan dari sang mertua.
Meski begitu, kondisi demikian tidaklah membuat Hermawan bahagia. Ia malah bertambah stres karena menanggung rasa malu yang luar biasa. Dalam kondisi kalut, jalan pintas pun ia ambil. Ia ingin melakukan tindakan bunuh diri.
Bunuh Diri
Suatu malam, ia berjalan gontai menuju rel kereta api. Pikirannya kosong melayang ke depan. Sesekali ia memandang langit-langit malam dengan tatapan yang tidak jelas. Ketika sampai di rel kereta api, ia pun berhenti. Tanpa mendapatkan perintah dari siapapun, ia merebahkan tubuhnya menyilang di atas rel kereta api. Ia menunggu kereta api datang dan berharap akan melindasnya. Selesailah penderitaannya. Begitu yang ada dalam pikiran Hermawan.
Apa yang di tunggunya akhirnya datang. Suara deru kereta api mulai terdengar di telinga Hermawan. Semakin dekat dan kian terdengar jelas suara itu. Dengan dada yang kembang-kempis atau naik turun, ia memejamkan mata. Ia segera menyelesaikan penderitaan itu.
Akhirnya kereta api itu benar-benar sudah dekat. Dan apa yang terjadi? Ternyata kereta api hanya lewat di rel sebelahnya. Setelah kereta api itu lewat jauh, Hermawan membuka matanya. Ternyata ia masih selamat. Oh, Tuhan masih menyelamatkan jiwanya.
Menyadari dirinya selamat, Hermawan tidak putus asa. Ia ingin melakukan kedua kalinya. Ia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Tetapi, kereta api yang ditunggu tak kunjung datang. Di tengah kondisi demikian ia harus bergulat dengan banyak nyamuk dan dinginnya udara malam. Sambil tepak-tepok mengusir nyamuk yang mendera dan menyerang tubuhnya, Hermawan menahan rasa dingin yang luar biasa.
Tak tahan lagi, Hermawan mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Ia kembali pulang ke rumah dengan jalan yang gontai. Malam itu menjadi saksi bagaimana seseorang yang berniat bunuh diri karena stres, akhirnya masih diselamatkan oleh Allah. Mungkin ada rahasia besar yang harus disaksikan Hermawan di kemudian hari.
Kekuatan Sedekah
Rahasia besar itu adalah soal kekuatan sedekah. Ya, semenjak ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri, rupanya ia iseng-iseng membuka saluran televisi. Tanpa disengaja ia menonton acara Ustadz Yusuf Manshur di Televisi Banten. Ia pun tergugah dengan isi ceramah Pak Ustadz soal kekuatan sedekah. Dalam ceramahnya itu, pak Ustadz menganjurkan untuk rajin sedekah sebagai penawar dari segala kerumitan hidup yang dihadapinya.
Merasa tersadarkan, Hermawan pun lekas mencari ceramah tambahan dengan mencari dan membeli CD Ustadz Yusuf manshur, tentang keajaiban sedekah. Setelah merasa yakin dan mantap dengan keinginannya untuk berubah, ia pun mempraktekkan ilmu sedekah yang didapatkannya. Ia menyedekahkan seluruh barang miliknya yang tersisa dikontrakan, mulai dari TV, kulkas dan lain sebagainya. Bahkan, hebatnya lagi, handphone satu-satunya sebagai sarana komunikasi ia sedekahkan pula ke Pesantren Darul Qur’an milik Ustadz Yusuf manshur. Hanya satu yang ditinggalkan, yaitu lemari buntut, yang kalau disedekahkan ke orang pun, mungkin orang itu akan menolaknya.
Seiring dengan sedekah yang baru saja dilakukannya, Hermawan pun mulai melatih dirinya untuk menjadi lebih shaleh. Ia mulai rajin shalat Tahajud, Dhuha, dan memperbanyak dzikir. Ia pun mulai rajin shalat berjamaah ke masjid, hingga tetangga sekitar mengiranya seperti orang gila. Sebab, setiap kali ke masjid ia sering kali menggunakan gamis, hal yang jarang sekali ia lakukan selama ini. Hermawan mendengar cibiran orang tentangnya. Tetapi, ia tak menggubrisnya. Sebab ia benar-benar ingin berubah.
Suatu kali orang kaya mendengar akan apa yang dibicarakan orang tentang Hermawan. Merasa kasihan, ia pun memanggil Hermawan untuk datang ke rumahnya. Ia pun minta kepada Hermawan untuk berkidah tentang dirinya selama ini. Kepada orang kaya itu, Hermawan pun berterus terang mulai dari dirinya yang pernah sukses dalam usaha, lalu bangkrut dan sempat mau bunuh diri hingga sekarang berubah.
Usai mendengar keluh-kesah Hermawan, orang kaya itu pun bertanya, “Apa hobimu, Wan ?” Terus terang, Hermawan pun menjawab, “Badminton, Pak.”
Secepat kilat orang kaya itu bisa menangkap pesan dari jawaban Hermawan. Hari itu juga ia disuruh pulang dan berharap suatu kali akan bertemu lagi.
Benar saja, suatu kali orang kaya itu memanggilnya kembali ke rumahnya. Tujuannya apa, Hermawan sama sekali tidak tahu. Di depan Hermawan, orang kaya itu pun berujar, “Bagaimana kalau Bapak saya jadikan manager di GOR milik saya?”
Bagai durian runtuh, Hermawan pun tidak percaya mendengarnya. Pertanyaan itu pun langsung di jawab dengan kata “ya”. Setelah itu Hermawan kembali ke rumah dengan perasaan riang gembira.
Demikianlah, akhirnya, Hermawan mendapatkan pekerjaan sebagai manager GOR Badminton di Jalan Soleh Iskandar, Bogor. Dengan pekerjaannya ini, ia pun bisa menghidupi keluarganya. Masa depan cerah pun kembali berada dalam genggamannya.
Oleh Eep Khunaefi
loading...
Assalamu'alaikum wr,wb.
ReplyDeleteMohon ijin berbagi sedikit pengalaman saya tentang hutang dan Riba.
Saya dulu bekerja sebagai karyawan sebuah Bank, saya penebar Riba. Ketika itu karir saya bagus,kekayaan saya meningkat tajam. Sebab saya selain bekerja di Bank saya juga punya usaha sampingan yaitu Property.
Rumah mewah saya punya, mobil mewah juga punya. Jaringan kerjasama Property sudah dimana2. Sebagian modal saya adalah Hutang di Bank.
Pada suatu ketika perubahan terjadi pada usaha saya. Saya mengalami kebangkrutan dan kehancuran, utang saya dimana2, ada yang di bank, perorangan dan rentenir. Keadaan terbalik 180 derajat dengan kondisi saya sebelumnya.
2 Tahun saya mengalami depresi, stres mungkin sudah mendekati gila.
Alhamdulillah di tahun ke 3 saya melakukan terapi mental dengan seorang teraphis. Kondisi kejiwaan saya mulai membaik, saya mulai bisa berfikir dan saya mulai dari nol dalam mengenal Allah. Ya Tuhan Ya Robb, saya bertaubat atas dosa Riba dahulu, sy benar2 bertaubat.
Suatu ketika Seorang Therapis sya mengenalkan kepada seseorang dan Alhamdulillah dia mau menolong saya, hutang saya Milyaran alhamdulillah lunas, dan saya mampu mengembangkan usaha tanpa ada unsur Riba. Allah memang Maha Kaya. Semua berkat pertolongan Allah.
Maka dari itu mari kita JAUHI RIBA, sebelum semuanya hancur.
Hormat saya, msofyan979797@gmail.com