Dunia Nabi ~ Pohon mangga itu berdiri di sebuah kebun yang subur. Pada suatu hari, lewat seorang alim bernama Imam Syibli di dekat pohon mangga itu. Pohon mangga itu memanggil-manggil namanya. Imam Syibli mendengar panggilan pohon mangga. Ia berhenti di dekat pohon mangga itu.
“Mau apa memanggilku ?” Tanya Imam Syibli, “Jadilah makhluk yang mulia seperti aku”, kata pohon mangga. “Mengapa kau menyebut dirimu makhluk yang mulia ?”
“Lihatlah ! Setiap hari orang melempariku dengan batu. Kulempar mereka dengan buah-buahku yang ranum dan lezat”. “Ya, kau memang makhluk yang mulia, tetapi nasibmu tidak baik. Kalau kau sudah tua dan tidak bisa berbuah lagi, kau akan ditebang orang, tubuhmu akan dikeringkan lalu dimangsa api sebagai kayu bakar”.
“Itulah amalku, ketika tubuhku dibakar menjadi kayu bakar, aku mematangkan makanan manusia. Bukankah itu sebuah amal yang baik ?”.
“Ya memang benar”.
“Sisa pembakaranku menjadi arang. Arang juga masih berguna bagi manusia untuk membakar daging ternak yang mereka sembelih. Bukankah itu juga amal yang baik ?”
“Kau benar”.
“Bahkan ketika arang sudah menjadi abu pun masih berguna bagi manusia. Perabot-perabot manusia yang terbuat dari logam bisa bersih mengkilap kalau digosok dengan abu. Bukankah begitu, Imam Syibli ?”.
“Ya, kau benar”.
“Kalau begitu, sampai akhir hayatku pun aku masih melakukan amal yang baik bagi manusia”.
Imam Syibli membenarkan ucapan pohon mangga. Memang, sampai saat terakhir pun pohon mangga masih melakukan amal yang baik bagi manusia.
“Mau apa memanggilku ?” Tanya Imam Syibli, “Jadilah makhluk yang mulia seperti aku”, kata pohon mangga. “Mengapa kau menyebut dirimu makhluk yang mulia ?”
“Lihatlah ! Setiap hari orang melempariku dengan batu. Kulempar mereka dengan buah-buahku yang ranum dan lezat”. “Ya, kau memang makhluk yang mulia, tetapi nasibmu tidak baik. Kalau kau sudah tua dan tidak bisa berbuah lagi, kau akan ditebang orang, tubuhmu akan dikeringkan lalu dimangsa api sebagai kayu bakar”.
“Itulah amalku, ketika tubuhku dibakar menjadi kayu bakar, aku mematangkan makanan manusia. Bukankah itu sebuah amal yang baik ?”.
“Ya memang benar”.
“Sisa pembakaranku menjadi arang. Arang juga masih berguna bagi manusia untuk membakar daging ternak yang mereka sembelih. Bukankah itu juga amal yang baik ?”
“Kau benar”.
“Bahkan ketika arang sudah menjadi abu pun masih berguna bagi manusia. Perabot-perabot manusia yang terbuat dari logam bisa bersih mengkilap kalau digosok dengan abu. Bukankah begitu, Imam Syibli ?”.
“Ya, kau benar”.
“Kalau begitu, sampai akhir hayatku pun aku masih melakukan amal yang baik bagi manusia”.
Imam Syibli membenarkan ucapan pohon mangga. Memang, sampai saat terakhir pun pohon mangga masih melakukan amal yang baik bagi manusia.
loading...
0 Response to "Hikayat Pohon Mangga Dan Imam Syibli"
Post a Comment