Dunia Nabi ~ Aisyah adalah salah seorang putrid Abu Bakar. Pada usia yang sangat muda, Aisyah dinikahkan dengan Rasulullah. Abu Bakar yang memeluk agama Islam di awal penyebarannya mendidik Aisyah sejak kecil dengan ajaran Islam. Aisyah mendampingi Rasulullah selama sepuluh tahun. Sekalipun masih muda, Aisyah mampu menempatkan diri sebagai isteri pemimpin kaum Muslim. Ia adalah seorang perempuan yang cantik, cerdas, setia, dan sangat dermawan.
Dalam sejarah Islam, Aisyah adalah orang yang paling banyak dan paling otentik meriwayatkan sunnah-sunnah Rasulullah. Hal ini tidak terlepas dari daya ingatnya yang sangat kuat. Ia mendengarkan dengan seksama pertanyaan-pertanyaan para wanita yang bertanya kepada Rasulullah. Ia juga mampu mengingat jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kamar Aisyah bersebelahan dengan masjid. Dengan demikian, Aisyah dapat mendengarkan dakwah Rasulullah di Masjid dari dalam kamarnya. Selain ikut mendengarkan, Aisyah juga sering kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kompleks atau rumit. Hal ini menandakan bahwa Aisyah memiliki kecerdasan yang tinggi. Oleh karena itu, Aisyah dianggap memiliki peran besar bagi ajaran Islam
Setelah Rasulullah wafat pada tahun 11 hijriah, Aisyah terus berperan dalam mengembangkan ajaran Islam. Ia menjadi Ummul Mukminin bagi wilayah-wilayah Islam. Banyak orang datang kepadanya untuk bertanya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan ajaran Islam. Aisyah mengabdikan diri untuk mengembangkan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan sunnah dan fiqih. Apabila ada suatu permasalahan yang tidak dapat dipecahkan, permasalahan itu akan ditanyakan kepada Aisyah.
Perkataan Aisyah akan menjadi keputusan terakhir dari permasalahan tersebut. Posisinya sebagai Ummul Mukminin agama Islam memungkinkan Aisyah memperoleh harta yang lebih banyak. Meskipun demikian, ia tetap menerapkan hidup sederhana. Harta yang diperolehnya akan segera disedekahkan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Orang-orang mengenalnya sebagai salah seorang isteri Nabi yang sangat dermawan.
Fitnah Terhadap Aisyah ra
Pada suatu ketika, Aisyah ra mengikuti Rasulullah dan tentara Muslim memerangi Bani Mushaliq. Dalam perjalanan pulang, mereka berhenti untuk beristirahat. Aisyah turun dari unta untuk suatu keperluan. Kemudian, ia kembali naik unta. Namun, ia kehilangan kalungnya. Ia pun kembali turun dari unta. Setelah menemukan kalungnya, ia kembali ke tempat unta. Namun rombongan telah pergi. Mereka tidak menyadari bahwa Aisyah tidak ada di atas untanya. Aisyah menunggu di tempat itu dan berharap rombongan akan menjemputnya. Kemudian, Safwan bin Al-Mu’attal melewati tempat itu. Safwan bertugas mengawal tentara Islam dari belakang rombongan itu. Safwan terkejut melihat Aisyah berada di tempat itu dan berkata, “Inna lillahi wa inna ilahi raji’un, isteri Rasulullah !” Kemudian, ia meminta Aisyah naik ke untanya. Ia berjalan kaki sambil memegang tali unta.
Ketika sampai di Madinah, Aisyah menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah. Rasulullah tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, kaum munafik di Madinah memanfaatkan kejadian itu untuk menyebarkan fitnah. Mereka menyebarkan berita bahwa Aisyah berselingkuh dengan Safwan. Mendengar fitnah itu, Aisyah sangat bersedih hati. Kemudian, Aisyah memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya untuk sementara. Ketika Rasulullah mendatangi Aisyah di rumah orang tuanya, Abu Bakar, Aisyah masih menangis. Kemudian, Rasulullah meminta Aisyah untuk bertuabat. Aisyah berkata, “Demi Allah, aku tidak akan bertaubat kepada Allah. Mengapa aku harus bertaubat, sementara aku tidak berbuat salah ?! Aku benar-benar tidak melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan”. Rasulullah bingung dalam menghadapi fitnah itu.
Akhirnya, Allah menurunkan Surat An-Nur ayat 11, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. Ayat ini menjelaskan bahwa berita itu tidak benar. Rasulullah, Aisyah, dan kaum Muslim lainnya sangat senang.
Ketika sampai di Madinah, Aisyah menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah. Rasulullah tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, kaum munafik di Madinah memanfaatkan kejadian itu untuk menyebarkan fitnah. Mereka menyebarkan berita bahwa Aisyah berselingkuh dengan Safwan. Mendengar fitnah itu, Aisyah sangat bersedih hati. Kemudian, Aisyah memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya untuk sementara. Ketika Rasulullah mendatangi Aisyah di rumah orang tuanya, Abu Bakar, Aisyah masih menangis. Kemudian, Rasulullah meminta Aisyah untuk bertuabat. Aisyah berkata, “Demi Allah, aku tidak akan bertaubat kepada Allah. Mengapa aku harus bertaubat, sementara aku tidak berbuat salah ?! Aku benar-benar tidak melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan”. Rasulullah bingung dalam menghadapi fitnah itu.
Akhirnya, Allah menurunkan Surat An-Nur ayat 11, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. Ayat ini menjelaskan bahwa berita itu tidak benar. Rasulullah, Aisyah, dan kaum Muslim lainnya sangat senang.
Kemurahan Hati Aisyah ra
Ummul Mukminin Aisyah ra dikenal sangat dermawan dan murah hati. Ketika memperoleh uang, ia akan segera membagi-bagikannya pada kaum fakir miskin. Pada suatu ketika, Muawiyah telah mengutus seseorang untuk memberikan uang kepada Aisyah. Uang itu sebanyak seratus ribu dirham. Setelah itu, Aisyah segera membagi-bagikan uang itu kepada fakir miskin. Di waktu lain, Aisyah memperoleh uang dari Ibnu Az-Zubair sebanyak seribu dirham. Setelah menghitungnya, ia pun membagi-bagikan uang itu kepada fakir miskin. Ia sama sekali tidak menyisakan untuk dirinya sendiri.
Pada sore harinya ia meminta pelayannya untuk menyiapkan hidangan pembuka puasa. Pelayannya bertanya, “Mengapa engkau tidak menyisakan uang satu dinar saja untuk membeli daging ?” Aisyah menjawab, “Mengapa engkau tidak mengatakannya saat itu ?”. demikianlah, Aisyah sangat dermawan. Ketika memperoleh uang yang diingat adalah menyedekahkan uangnya kepada orang lain. Ia tidak menyimpan uang itu sedikit pun.
Pada sore harinya ia meminta pelayannya untuk menyiapkan hidangan pembuka puasa. Pelayannya bertanya, “Mengapa engkau tidak menyisakan uang satu dinar saja untuk membeli daging ?” Aisyah menjawab, “Mengapa engkau tidak mengatakannya saat itu ?”. demikianlah, Aisyah sangat dermawan. Ketika memperoleh uang yang diingat adalah menyedekahkan uangnya kepada orang lain. Ia tidak menyimpan uang itu sedikit pun.
loading...
0 Response to "Kisah Aisyah Isteri Rasulullah SAW"
Post a Comment