Ketika Mualaf Berpuasa Pertama Kali ~ Mereka yang muslim dan sudah terbiasa berpuasa sejak kecil, tentu tidak menemukan hal-hal aneh dalam menjalankan ibadah ini. Lalu bagaimana dengan para mualaf, saudara-saudara kita yang baru memeluk agama Islam? Tentu, puasa mereka yang pertama kali merupakan pengalaman baru yang tidak bisa terlupakan. Bagaimanakah kesan-kesan para mualaf ini melewati hari-hari pertama puasa mereka ?
Dulu, selagi menjadi pendeta di kota Houstoun, Amerika Serikat, saya begitu terkesan dengan muslim Amerika yang melaksanakan ibadah puasa di sela-sela aktivitasnya sehari-hari. Kesan ini, terutama sekali, saya dapatkan melalui Hakeem Olajuon, pemain bola basket profesional dari tim Rockets yang banyak dielu-elukan penonton.
Kebetulan teman saya adalah pendeta untuk tim Rockets. Sebagai muslim, saya melihat dia tahan puasa meskipun harus latihan dan main basket seharian, bahkan terkadang sampai malam hari. Padahal, minum itu mutlak dibutuhkan bagi seorang olahragawan agar stamina tubuhnya tetap fit hingga permainannya akan bagus. Ditambah lagi, lingkungan Amerika yang mayoritas non-muslim. Banyak orang makan dan minum di mana saja. Tapi, karena dia punya iman, dia mampu menjalaninya. Melihat Olajuon, saya susah memahaminya, tapi saya begitu terkesan dan sangat menghormatinya.
Sebagai pendeta, sebetulnya, saya tidak terlalu aneh dengan kebiasaan puasa Ramadhan umat Islam. Kerena, sebelumnya, saya sudah tahu melalui kursus-kursus Islam. Bahkan, saya menilai teori puasa Islam tidak jauh dari agama Kristen. Di Kristen, ada 40 hari puasa sebelum Hari Raya Paskah. Namun, proses displinnya berbeda. Yakni, makan lebih sedikit dan dilarang makanan-makanan tertentu. Saya sendiri, waktu itu, makan hanya sekali dalam sehari. Jadi saya tidak heran lagi dengan kerasnya puasa dalam Islam.
Selain itu, setelah saya memeluk agama Islam tahun 1999, saya sendiri belum praktek ritual (ibadah) muslim. Saya hanya baru percaya Islam pada tingkat ajaran. Karena itu, lalu saya ikut pengajian bulanan di Ramadhan Foundation, sebuah yayasan yang suka menolong para ekspatriat (warga asing) dan eksekutif tentang soal-soal Islam. Mereka menolong saya untuk mengerti mengapa ritual itu penting untuk teologi. Berawal dari situ, saya mulai berpuasa tapi tidak sempurna. Sehari puasa, sehari berbuka. Sebab, saat itu, saya sendiri masih suka berpergian keluar negeri untuk urusan kerja.
Tatkala mengalami puasa pertama kali, ujian terberat yang saya rasakan adalah tidak minum air. Sementara tidak makan, bagi saya tidak masalah. Namun, akhirnya, saya memahami ada yang lebih susah dari larangan makan dan minum. Dalam keadaan demikian, saya percaya bahwa Allah mengajarkan tidak penting menjadi sempurna namun dari mana kita harus memulai. Allah tidak perduli orang itu sebelumnya jelek, atau pun jahat. Kalau iman mereka bertambah, Allah akan senang.
Banyak hikmah yang saya dapatkan dari berpuasa. Saya jadi belajar bagaimana susahnya bila tidak makan dan minum. Saya sering berfikir tentang orang-orang miskin yang menderita. Selain itu, saya semakin bisa mengendalikan diri dengan perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa. Marah-marah selagi di dalam mobil, misalnya. Dari puasa, saya dapat merefleksikan (memikirkan secara mendalam) sifat-sifat ketuhanan dalam diri kita sebagai manusia.
Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo
loading...
0 Response to "Ketika Mualaf Berpuasa Pertama Kali"
Post a Comment