Mati Dengan Mata Melotot ~ Pengadilan oleh manusia boleh direkayasa, tapi pengadilan Tuhan tidak akan bisa dihindarkan oleh siapapun. Kisah ini diambil dari karya agung Manshur bin Nashir Al’Ihaji berjudul kisah- kisah Su’ul Khatiamah.
Diceriitakan bahwa seseorang yang bersumpah palsu yang mengatasnamakan sumpahnya dengan Allah Swt dan akibatnya pria dalam cerita ini mati mendadak dengan mata melotot serta wajah yang menguning.
Disalah satu kota di Irak, saat itu Syeikh Ibrahim dikenal sebagai pedagang besar dan dermawan. Ia tidak pernah menolak orang yang meminta atau mengecewakan orang yang berharap kepadanya.
Pada suatu hari, tetangganya yang bernama Sayid Jabir datang menemui Syeikh Ibrahim, ia bermaksud berhutang uang sebesar 500 ribu dinar.
“Sebagaimana Anda ketahui, bahwa pada tahun ini hasil panen tidak menguntungkan, aku telah berhutang kepada rentenir. Aku harus membayar hutangku tersebut, jika tidak, maka rahasiaku akan terbongkar. Hari ini aku mendatangi Anda semoga Anda sudi meminjamiku uang sebesar 500 ribu dinar.” Harapan Sayid Jabir dengan memelas.
Tanpa banyak pikir, Syeikh Ibrahim berdiri ke brangkas uang dan memberikan uang tersebut kepada Sayid Jabir lalu menuliskan jumlah uang tersebut dalam buku kas. Jabir mengucapkan terima kasihnya atas pemberian itu dan meminta agar dibuatkan sebuah surat pengakuan hutang sebagai tanda bukti. Namun Syeikh menolaknya dengan halus.
“Terima kasih, saya rasa tidak perlu, cukuplah Allah SWT sebagai saksi antara engkau dan aku. Dia sebaik-baiknya Wakil dan sebaik-baiknya Saksi,” kata Syeikh Ibrahim. Satu tahun kemudian, Syeikh Ibrahim meninggal dunia karena serangan jantung dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, yang sulung masih berusia 13 tahun.
Sepaninggal Syeikh, istrinya lantas memeriksa buku-buku kas perdagangan suaminya. Dari dalam buku tersebut si istri mengetahui secara terperinci orang-orang yang berhutang kepada suaminya.
Hari demi hari dan bulan terus berlalu setelah kematian suaminya, lalu ia mengirm utusan ke Sayid Jabir untuk menagih hutang suaminya. Akan tetapi Sayid Jabir mengingkari pernah berhutang kepada suaminya, ia mengaku telah membayar hutang tersebut kepada suaminya. Mungkin suaminya lupa mencatat pembayaran tersebut di buku kas.
Karena masalah itu tak kunjung selesai, perkara itu dibawa ke meja hijau. Pada hari persidangan, si tertuduh dan istri Syeikh hadir di depan pengadilan. Mereka kemudian menceritakan kronologis versi masing-masing.
“Aku sangat yakin bahwa Sayid Jabir pernah berhutang kepada Syeikh Ibrahim sebanyak itu. Namun aku tidak punya bukti sama sekali selain buku kas yang mencantumkan uang yang telah dia pinjam,” kata istri Syeikh Ibrahaim.
Hanya berupa bukti ini, tidak cukup kuat untuk menjadikan Sayid Jabir sebagai tersangka, kata hakim.
Sumpah Palsu
Sayid Jabir tidak mengingkari bahwa ia pernah berhutang dengan Syeikh Ibrahim, akan tetapi ia katakan bahwa ia sudah melunasi hutang tersebut setahun setelahnya.“Apakah Anda berani bersumpah dengan nama Allah swt, bahwa Anda punya hutang 500 ribu dinar dengan Syeikh Ibrahim dan Anda sudah membayar hutang tersebut kepada Syeikh Ibrahim?” tanya sang hakim.
“Aku bersumpah atas nama Allah SWT,” jawab Sayid Jabir
Mendengar sumpah atas nama Allah tersebut, kemudian sang hakim menetapkan bahwa Sayid Jabir sudah tidak lagi berhutang. Sayid Jabir kemudian keluar dari persidangan dengan somnbongnya. Ia saat itu sangat bersemangat, gagah, sehat, kuat dan masih berusia muda. Ketika telah diluar persidangan, tiba-tiba saja tubuhnya ambruk. Tak pelak lagi orang yang melihatnya menjadi gaduh dan bingung.
Istri Syeikh lantas keluar ruangan. Ia terkejut setelah melihat tubuh Sayid jabir yang sebelumnya dalam keadaan segar bugar, tiba-tiba saja tergeletak di lantai dengan mata melotot, mulut menganga dan wajah menguning seolah-olah pohon busuk yang tumbang di atas tanah tidak mempunyai kekuatan sama sekali.
“Ia telah mati,” kata orang-orang saat itu.
Kematian Sayid Jabir, kemudian diartikan orang-orang sebagai bentuk azab dari Allah Swt atas sumpah palsunya yang mengasnamakan Allah SWT. Pada malam harinya, istri Sayid Jabir mendatangi istri Syeikh Ibrahim. Ia mengakui bahwa suaminya telah berdusta.
“Suamiku telah membayar kedustaannya dengan harga yang sangat mahal. Inilah uang yang dulu pernah dipinjam suamiku dari suamimu,” kata istri Sayid Jabir sambil menyerahkan uang 500 ribu dinar. Setalah itu, istri Sayid Jabir pergi meninggalkan rumah istri Syeikh Ibrahim bersama anaknya.
Oleh Abu Khalid, MA
loading...
0 Response to "Mati Dengan Mata Melotot"
Post a Comment